Muslimahdaily - Inilah kisah menginspirasi tentang seorang wanita bernama Safia, yang mengalami perjalanan hidup luar biasa dari kegelapan menuju cahaya spiritual. Melansir dari laman about islam Safia lahir dengan nama Helena Brigitte, Safia kemudian mengganti namanya pada tanggal 23 Oktober 2017.

Perubahan ini hanya merupakan awal dari perjalanan inspiratifnya. Pada usia yang masih sangat muda, hanya tiga minggu setelah ulang tahun ke-17 pada 28 Agustus 2016, Safia memilih untuk memeluk agama Islam, yang membawa transformasi mendalam dalam hidupnya.

Semuanya dimulai dengan pemberitaan tentang serangkaian serangan teror yang melibatkan kelompok teroris yang mengaku berafiliasi dengan Islam. Frasa "Ini adalah kesalahan Islam" dari media membuat Safia mempertanyakan, "Siapa sebenarnya Islam?". Tanpa pengetahuan tentang agama, termasuk agama Kristen yang diakui keluarganya, Safia tumbuh tanpa pemahaman mendalam tentang keyakinan rohaniah.

Orang tua Safia tidak menganggap penting untuk mengajarkan agama kepada anak-anak mereka, yang menyebabkan kurangnya pemahaman tentang agama apapun di dalam keluarga tersebut. Namun, secara diam-diam, ibu Safia membacakan Alkitab untuk adik bungsunya, Deen. Meski memiliki saudara tiri beragama Yahudi, keluarga Safia memiliki latar belakang yang beragam dalam pandangan agama.

Dalam menghadapi berita buruk tentang Islam dan kesan negatif yang dibentuknya, Safia mulai membenci agama ini. Bersama sahabatnya, mereka melakukan tindakan yang mengolok-olok dan mencemooh Islam secara tidak bijaksana. Namun, di balik fasad kebencian mereka, Safia mulai merenung dan mencari tahu lebih banyak tentang Islam secara diam-diam melalui sumber online.

Dengan rasa ingin tahu yang tinggi, Safia menemukan suatu ketertarikan pada nasyid dan lagu-lagu berbau Islam. Penelusurannya semakin mendalam, dan dia mulai membaca tentang ajaran Islam itu sendiri.

Kemudian saya mulai membaca tentang agama itu sendiri. "Tuhan itu Esa, Muhammad adalah rasul terakhir, salat lima kali sehari ke arah Mekah, berpuasa..." Pada titik ini, dia menyadari bahwa kebenaran agama ini tidak dapat lagi diabaikan.

Dalam perjalanan menuju Islam yang penuh keteguhan, Safia menghadapi ujian lain dalam hidupnya. Dia merencanakan pemisahan dengan sahabatnya yang berpengaruh buruk baginya demi mencari kebenaran. Safia mengambil keputusan berani untuk pindah dan memulai kehidupan baru tanpa mengenal siapapun di kota baru yang diikutinya.

Kisah hidupnya semakin menarik ketika Safia bertemu dengan seorang Muslimah di sekolah barunya. Teman barunya ini memperkenalkannya pada Islam dengan ketulusan dan kebaikan hati yang tulus. Safia mulai belajar dari temannya, bertanya tentang ajaran agama ini, dan membuka diri untuk memahami lebih dalam tentang Islam.

Perjalanan spiritual Safia mencapai puncaknya ketika dia mengunjungi Belanda dan bertemu dengan seorang teman Muslim dari Maroko. Perjalanan ini menguatkan keyakinannya pada Islam dan menambah kekuatan pada hatinya untuk memeluk agama ini sepenuhnya.

Momen paling indah dalam perjalanan Safia adalah ketika dia mengucapkan dua kalimat syahadat di hadapan teman Muslimnya yang dia kenal di tahun pertama. Cuaca sangat bagus dan hangat saat itu, dengan pemandangan pegunungan di luar. Safia merasa gugup untuk menyampaikan sesuatu kepadanya, jadi dia menunjukkan ayat Al-Quran yang berbunyi "tidak ada paksaan dalam agama" pada ponselnya. Teman muslimnya tidak tahu apa yang ingin di sampaikan, tapi setelah berpikir sejenak, dia bertanya apakah Safia ingin menjadi seorang Muslim. Dengan senyum dan tanda setuju, Safia menganggukkan kepala dan menjawab "ya".

Mereka menangis bahagia dan mencari tahu cara melaksanakan keputusan ini melalui ponsel. Akhirnya, mereka berdua mengucapkan syahadat bersama-sama. Setelah itu, kami tetap berteman baik dan berencana untuk bertemu lagi hari Jumat mendatang. Saya akan selalu mengingat momen ketika dia berharap kita bisa pergi ke Jannah (surga) bersama-sama.