Muslimahdaily - Sabar itu ialah menahan diri dari keluh kesah. Menahan diri dari rasa gelisah, cemas, dan amarah. Dalam menjani kehidupan, sering kali Allah memberikan ujian kepada umatnya. Dia menguji kesabaran kita, seberapa kita mampu menghadapi ujian yang diberikan oleh-Nya.

Tidak hanya kita yang diberikan ujian. Allah Maha Adil, begitu pun kepada manusia-manusia pilihannya. Banyak kisah dari para Nabi yang diuji oleh-Nya dan menjadi pelajaran bagi kita saat ini.

Seperti halnya kisah dari Nabi Yusuf 'Alaihissalam. Nabi Yusuf dikenal sebagai Nabi yang memiliki paras tampan, cerdas, berakhlak mulia, dan dikenal sebagai penafsir mimipi termashur di zamannya.

Kisah Nabi Yusuf termaktub dalam Al Qur'an, Surah Yusuf. Ia merupakan anak dari Nabi Yaqub. Ia mempunyai adik bernama Bunyamin dan sepuluh kakak dari ibu yang berbeda. Sang Ibu sudah meninggal dunia sejak Nabi Yusuf berusia dua tahun. Saat itulah sang Ayah sangat dekat dengannya.

Menjadi anak kesayangan dari Nabi Yakub menimbulkan rasa cemburu para saudaranya. Terlebih lagi paras tampan yang dimilikinya. Saat itu pula, mereka tidak menyukai Yusuf, bahkan berniat ingin mencelakainya.

Pernah suatu waktu, saudara-saudara Yusuf menghadap Yakub dan meminta izin untuk mengajak Yusuf bermain di hutan. Sang ayah sempat melarang karena kondisi Yusuf yang masih kecil kala itu. Namun, karena bujuk rayu ia pun mengizinkan mereka untuk pergi.

Sempat berniat ingin membunuh Yusuf kecil, namun salah satu kakak Yusuf berpendapat untuk membuangnya ke dalam sumur. Yusuf yang masih sangat kecil waktu itu, dibawa ke hutan mendekati sumur tempat para pedagang yang sering mengambil air. Mereka pun membuang Yusuf ke dalam sumur.

Kemudian mereka pulang tanpa membawa Yusuf dan membuat pengakauan kepada sang ayah bahwa Yusuf telah dimakan oleh Serigala saat di hutan. Mereka pun menunjukkan bekas baju Yusuf yang berlumuran darah demi membuat sang ayah percaya. Namun, sang ayah berkata,

“Sebenarnya hanya dirimu sendirilah yang memandang urusan yang buruk itu, hanya bersabarlah adalah yang terbaik bagiku. Dan kepada Allah saja aku memohon pertolongan-Nya terhadap apa yang kamu ceritakan.”

Ditolong Saudagar

Yusuf kecil pun ditolong oleh seorang saudagar yang menimbar air di sumur itu. Niatnya tak tulus membantu, Yusuf di bawa ke Mesir untuk dijual sebagai budak. Pembelinya adalah penguasa di negeri itu, Raja Al Aziz. Ia pun menjadi pelayan di rumah sang raja.

Lambat laun, Yusuf tumbuh menjadi lelaki yang cerdas dan tampan. Ketampanannya hingga membuat istri dari sang raja, Zulaikha merasa tertarik dan berusaha menggodanya.

Meski Zulaikha terus menggodanya, ia pun tidak bergeming dan meladeni gidaan tersebut. hingga akhirnya, Zulaikha marah dan memfitnah Yusuf hingga dia dimasukkan ke dalam penjara. Nabi Yusuf terus bersabar menjalani hidup di dalam penjara.

Mimpi sang Raja

Suatu hari, sang Raja melihat tujuh ekor sapi betina gemuk yang di makan oleh tujuh ekor sapi khusus, tujuh tangkai gandum yang hijau dan tujuh tangkai gandum lainnya yang kering. Sang raja meminta para ahli nujum menafsirkan mimpinya, tetapi tak ada yang seorangpun bisa.

Hingga akhirnya, ada seorang budak yang memberitahunya keberadaan Yusuf yang dapat menafsirkan mimpinya tersebut. Ia pun menceritakan perihal mimpi Raja kepada Yusuf berkata, negeri Mesir akan mengalami tujuh kali masa subur dan tujuh kali masa paceklik.

Raja merasa tertegun akan penjelasan Yusuf. Senang bukan kepalang hatinya kala itu, ia pun memmbebaskan Yusuf dari penjara dan mengakatnya sebagai pejabat negara urusan pangan.

Benar saja tafsir mimpi Raja kala itu, hingga datanglah musim panceklik. Di mana orang-orang mulai berburu bahan makanan dan silih berganti datang ke gudang makanan yang telah disediakan kerajaan.

Bertemu saudara-saudaranya

Di antara orang yang berdatangan ke gudang, Yusuf melihat kesepuluh saudaranya yang sudah lama tak ia temui. Namun, saudara-sauadaranya tidak mengenali sosok Yusuf kala itu. Mereka mengira Yusuf sudah meninggal di dalam sumur.

Yusuf pun menghampiri saudaranya dan bertanya asal mereka. Ia pun juga menanyakan keberadaan Bunyamin, sang adik, dan meminta kesepuluh saudaranya itu untuk membawa Bunyamin saat mengambil makanan di gudang kerajaan.

Hingga akhirnya Bunyamin pun datang, Yusuf pun mendekatinya secara diam-diam. Ia mengatakan bahwa ia adalah Yusuf. Yusuf pun secara sembunyi memasukkan gelas emas milik kerajaan ke dalam karung milik Bunyamin.

Namun, saat kesebelas saudara Yusuf hendak meninggalkan istana. Pengawall istana mengumumkan telah terjadi pencurian piala dan mencegat semua kafilah. Saat melakukan pengecekan, piala emas tersebut ditemui dalam karung Bunyamin. Bunyamin pun di tahan.

Saudara-saudara Yusuf menyadari kesalahan mereka

Hingga akhirnya, saat kembali mengambil makanan ke dalam gudang kerajaan. Yusuf pun mempertemukan Bunyamin dengan kesepuluh saudaranya. Ia berkata, “Sadarkah kalian tentang perbuatan apa yang telah kalian lakukan kepada saudara-saudara kalian sendiri, Yusuf dan Bunyamin.”

Mereka tertegun melihat keberadaan Yusuf di hadapan mereka. Hingga akhirnya, mereka mengakui kesalahan dan meminta maaf atas perbuatan yang telah mereka perbuat. Saat itu, Yusuf pun menanyakan keberadan sang ayah, ia pun mendapatkan kabar bahwa sang ayah mengalami kebutaan. Ia pun memberikan jubahnya agar diusapkan kepada wajah ayahnya dan meminta agar sang ayah di bawa ke istana

Kembali dipertemukan dengan keluarganya

Sabarnya Yusuf dalam menjalani perihnya hidup membuahkan hasil. Ia pun kembali dengan sang ayah yang sudah lama tak ditemuinya. Setelah bertemu, seluruh keluaraga Ysuf diminta utuk tinggal di Istana. Ia Nabi Yusuf pun berkata,

“Inilah mimpiku sewaktu masih kecil dulu, melihat sebelas bintang, matahari, dan bulan bersujud kepadaku. Allah subhanallah wa ta’ala mewujudkannya dengan banyak kebaikan kepadaku dan membebaskanku dan penjara serta mempertemukan kita kembali."