
Iyas bin Mu’awiyyah, seorang ulama sekaligus tabiin utama, membuat orang terheran-heran. Ia menangis tersedu-sedu ketika ibunya meninggal dunia. Masyarakat Basrah begitu merasa heran. Bagaimana mungkin seorang alim yang saleh, seorang qadhi yang bijaksana, tak kuasa menahan air mata atas ujian yang menimpanya.

Adz Dzahabi sangatlah giat menuntut ilmu, mencari hadits, dan mendengar pelajaran dari para ulama. Namun ia hanya bisa berpangku tangan ketika teman-teman sejawatnya pergi ke luar kota untuk belajar pada ulama yang lebih faqih dan memiliki sanad yang lebih tinggi. Alasan Adz Dzahabi sederhana, karena tak ada izin dari sang ayah.

Berkali-kali Rasulullah didatangi pemuda. Mereka hendak berhijrah dan tinggal di negeri muslim bersama Rasulullah dan para shahabat beliau. Dengannya mereka bisa bermajelis menimba ilmu langsung dari Rasulullah, serta berjihad bersama sang nabi. Hanya saja, para pemuda tersebut memiliki hambatan yang sama, yakni orang tua.

Imam Abu Hanifah tentulah ulama yang paling masyhur di zamannya. Tak hanya dari Kota Kuffah, muridnya datang dari penjuru negeri muslim. Namun di rumah, sang imam hanyalah seorang putra yang sangat penurut pada ibunya. Lucunya, sang ibu tak tahu betapa putranya sangat faqih bahkan yang paling faqih di kotanya.

Bakti pada orangtua memiliki pesan moral yang sangat tinggi, dan merupakan salah satu kewajiban dalam agama Islam yang harus ditunaikan oleh seorang anak terhadap kedua orangtuanya. Banyak kisah-kisah teladan yang bisa kita ambil pelajaran dan hikmah tentang bagaimana balasan kebahagiaan di dunia dan akhirat bagi anak yang berbakti dan berbuat baik kepada orangtuanya. Baik itu dari kisah zaman Rasulullah Shallallahu‘alaihi wa sallam terdahulu, ataupun kisah yang terjadi di sekeliling kita saat ini.
Artikel Selanjutnya...
Halaman 6 dari 9