Muslimahdaily - Israel membebaskan hampir 2.000 tahanan Palestina pada Senin (13/10/2025), yang disambut dengan isak tangis haru dan pekik takbir oleh ribuan keluarga di Ramallah dan Gaza. Pembebasan massal ini merupakan bagian kunci dari kesepakatan gencatan senjata yang bertujuan mengakhiri konflik dua tahun dengan Hamas.

​Bus-bus yang dioperasikan oleh Komite Palang Merah Internasional membawa para tahanan yang telah lama ditunggu kepulangannya. Mereka tiba di Ramallah, Tepi Barat, di mana lautan manusia telah berkumpul untuk menyambut para ayah, suami, dan anak laki-laki yang telah bertahun-tahun mendekam di penjara Israel.

​Momen tersebut menandai salah satu pertukaran tahanan terbesar dalam sejarah konflik, yang tercapai setelah negosiasi alot. Kesepakatan ini juga mencakup pemulangan sisa sandera Israel yang ditahan di Gaza.

​Penantian Puluhan Tahun Berakhir

​Di antara mereka yang dibebaskan adalah Saber Masalma, seorang anggota Fatah yang telah dipenjara selama 24 tahun. Kepulangannya disambut pelukan erat dan tangisan kerabat yang hampir kehilangan harapan untuk bertemu kembali.

​Banyak dari tahanan yang dibebaskan adalah mereka yang dijatuhi hukuman seumur hidup atas tuduhan keterlibatan dalam serangan terhadap warga Israel. Bagi keluarga mereka, pembebasan ini dianggap sebagai sebuah keajaiban.

​"Dia dikurung selama 24 tahun. Kami hampir putus asa," kata seorang kerabat Masalma kepada jurnalis The Guardian di lokasi.

​Kondisi Tahanan Menjadi Sorotan

​Meskipun suasana dipenuhi euforia, kondisi fisik sejumlah tahanan yang baru tiba menjadi sorotan. Beberapa dari mereka dilaporkan tampak sangat kurus dan pucat, bahkan ada yang harus dibantu berjalan oleh keluarga saat turun dari bus.

​Menurut laporan di lapangan, terjadi pula kebingungan akibat beredarnya dua daftar nama tahanan yang berbeda, yang menimbulkan kekecewaan bagi keluarga yang namanya tidak tercantum dalam daftar pembebasan final.

​Kesepakatan pertukaran tahanan dan gencatan senjata ini dipandang oleh komunitas internasional sebagai langkah signifikan untuk mengakhiri kekerasan yang telah berlangsung selama dua tahun terakhir di wilayah tersebut.