Muslimahdaily - Sebuah laporan terbaru yang dirilis oleh Islamophobia Register Australia melukiskan gambaran yang mengkhawatirkan tentang meningkatnya sentimen dan serangan anti-Islam di seluruh negeri.
Laporan tersebut menemukan bahwa tidak hanya insiden Islamofobia yang sedang meningkat, tetapi sebagian besar kasusnya tidak pernah dilaporkan ke pihak berwenang, menciptakan "fenomena gunung es" yang berbahaya.
Laporan yang menganalisis data selama dua tahun terakhir ini menyoroti fakta bahwa para pelaku semakin berani dalam melakukan aksinya, baik secara langsung di ruang publik maupun di dunia maya.
Temuan ini memicu kekhawatiran serius tentang keamanan dan kesejahteraan komunitas Muslim di Australia, terutama bagi para wanita.
Muslimah Berhijab Menjadi Sasaran Utama
Salah satu temuan paling mengejutkan dari laporan tersebut adalah demografi korban. Wanita Muslimah, khususnya yang mengenakan jilbab, menjadi target dari 70% hingga 80% insiden Islamofobia yang terjadi secara tatap muka (offline).
Serangan ini sering terjadi di tempat-tempat umum yang ramai, seperti pusat perbelanjaan, jalan raya, dan transportasi umum. Bentuknya beragam, mulai dari pelecehan verbal, diteriaki di depan umum, diludahi, hingga intimidasi fisik.
"Pelaku seringkali adalah pria kulit putih, sementara korban adalah wanita yang terlihat jelas sebagai Muslimah," demikian kutipan dari laporan tersebut. Kerentanan ini menciptakan rasa takut dan cemas bagi banyak Muslimah dalam menjalankan aktivitas sehari-hari mereka.
Laporan tersebut juga menegaskan bahwa angka-angka yang tercatat hanyalah puncak dari gunung es. Mayoritas korban memilih untuk tidak melaporkan insiden yang mereka alami karena berbagai alasan, termasuk perasaan bahwa tidak akan ada tindakan yang diambil atau anggapan bahwa pelecehan semacam itu adalah sesuatu yang "harus diterima begitu saja".
Sharara Attai, salah satu peneliti laporan tersebut, menyatakan bahwa banyak korban merasa lelah dan putus asa.
"Komunitas kami telah dinormalisasi untuk menerima pelecehan dan diskriminasi semacam ini. Ada perasaan bahwa Anda harus menerimanya dan melanjutkan hidup," ujar Attai, seperti dikutip dari The Guardian(17/8/2025).
Kurangnya pelaporan ini membuat skala sebenarnya dari masalah Islamofobia menjadi sulit diukur dan, akibatnya, sulit untuk ditangani secara efektif oleh pemerintah dan aparat penegak hukum. Laporan ini mendesak adanya mekanisme pelaporan yang lebih baik dan tindakan nyata dari pemerintah untuk mengatasi kebencian anti-Islam.