Muslimahdaily - Kementerian Agama (Kemenag) menetapkan 1 Dzulhijjah 1443 Hijriyah jatuh pada Jumat, 1 Juli 2022. Dengan keputusan ini, maka Hari Raya Idul Adha jatuh pada Ahad, 10 Juli 2022. Ketetapan ini berbeda dengan Arab Saudi yang menetapkan 10 Dzulhijjah 1443 H jatuh pada Sabtu, 9 Juli 2022.

Perbedaan ini menyebabkan masyarakat khususnya umat muslim bertanya-tanya mengapa hal ini bisa terjadi. Tak sedikit pula yang merasa bingung harus memulai puasa Arafah pada tanggal berapa.

Imbauan untuk saling menghormati dan menghargai perbedaan terus terucap dari berbagai pihak. Ketua MUI Bidang Pendidikan dan Kaderisasi, KH Abdullah Jaidi juga mengingatkan bahwasannya perbedaan penetapan waktu Idul Adha seperti ini adalah sesuatu yang biasa terjadi karena adanya wujudul hilal dan rukyatul hilal. Keduanya menggunakan hisab yang tergantung kepada ketinggian dari hisab masing-masing. Meski begitu, berbagai protes dan cuitan prasangka tetap dapat kita temukan di berbagai laman sosial media.

Melihat perbedaan ini, Ustadz Abdul Somad turut memberikan penjelasan. Melalui caption dari unggahannya di Instagram @ustadabdulsomad_official, pendakwah kondang ini memiliki cara yang jenaka dan menarik untuk memberikan pemahaman mengenai perbedaan hari raya Idul Adha yang terjadi di Indonesia dan Arab Saudi.

Tulisan itu diawali dengan judul 'O begitu, tapi...'. Kemudian dilanjut dengan cerita sebuah percakapan dengan jamaah. 

Jamaah: "Kita ikut Makkah apa Pekanbaru Ustadz?".

Ustadz: "Makkah tu punya mathla' sendiri, Pekanbaru punya mathla' sendiri. Makkah punya syuruq sendiri, Pekanbaru punya syuruq sendiri. Tak sama. Mana bisa kita ikut Makkah. Kalau kita di Pekanbaru ikut Makkah. Berarti shalat zhuhur kita jam 15.30 Wib".

Jamaah: "O gitu, tapi, berarti kita lebih dulu Ustadz. Kok bisa Makkah Idul Adha Sabtu 9 Juli, kita Idul Adha Ahad 10 Juli?".

Ustadz: "Waktu sholat pakai waktu matahari, kita di timur lebih dulu. Kalau awal bulan tu ikut Hilal, bulan, yang di barat lebih dulu".

Jamaah: "O begitu. Tapi kan puasa Arafah tu ikut Wuquf Ustadz?!".

Ustadz: "Wuquf ikut apa? Ikut tanggal 9. Tanggal 9 ikut apa? Ikut tanggal 1. Tanggal 1 ikut apa? Ikut hilal. Jadi puasa tu tanggal 9, bukan tanggal 8, bukan pulak tanggal 10. Ikut mathla' daerah masing-masing".

Jamaah: "O bgitu. Tapi apa itu pernah terjadi zaman Salaf ustadz?".

Ustadz: "Kuraib dari Madinah ke Syam. Di Syam mereka melihat Hilal malam Jum'at. Ibnu Abbas di Madinah melihat Hilal malam Sabtu. Syam dengan Madinah aja beda mathla', apalagi Makkah dengan Pekanbaru".

Jamaah: "O begitu, tapi Ustadz".

Ustadz: "Sekali lagi kau bilang O, ku doakan mulut kau bulat".

Jamaah: "Ee ... "

Cara Ustadz Abdul Somad menjelaskan perbedaan waktu ini mencuri perhatian netizen. Berbagai respon positif diucapkan sebagai tanggapan dari cerita sang ustadz yang menjawab kebingungan banyak orang.

“Alhamdulillah, sudah terjawab kebingungan saya.” tulis salah satu akun.

"Oooo.. gitu ya ustadz.. Alhamdulillah jadi paham," sambung yang lain.