Muslimahdaily - Warganet kembali diramaikan dengan modus penipuan baru berkedok transaksi Cash on Delivery (COD) atau bayar di tempat. Cerita mengenai modus penipuan ini banyak diunggah oleh warganet melalui utas twitter dengan kata kunci "penipuan cod" yang dimulai oleh cuitan akun the great gesya @cudble pada 28 Januari 2021.
"MERINDING BGT TERNYATA LAGI MARAK YANG KENA TIPU MODUS COD. Coba search tweet “penipuan cod” serem," tulis akun tersebut.
Hingga kini cuitan tersebut menjadi perhatian warganet. Karena cuitan tersebut, tak sedikit yang akhirnya membagikan tips untuk mengatasi penipuan yang merugikan pembeli dalam marketplace tersebut ataupun berbagi cerita mengenai pengalamannya yang berjejer di kolom balasan pada utas buatan akun @cudble.
Ciri-ciri penipuan COD
Menurut Gesya, modus ini diawali dengan adanya kurir langganan yang datang ke rumahnya dengan membawa dua paket atas nama dirinya dan neneknya. Namun pembayaran yang tertera pada paket tersebut adalah COD, padahal Gesya sama sekali tidak pernah membeli atau memesan barang secara COD.
Cash on Delivery sendiri adalah pembayaran yang dilakukan setelah barang sampai, sehingga hubungan antara penjual dan pembeli disalurkan melalui kurir paket yang mengantarkan barang.
Dari penjelasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa sang pelaku yang mengaku sebagai penjual menggunakan modus ini untuk mendapatkan uang secara cuma-cuma padahal korban tidak merasa membeli barang tersebut.
Seringkali modus ini disamakan dengan adanya kebocoran data pada pengguna marketplace yang membuat kelancaran penipuan ini semakin marak dan meresahkan. Sangat disayangkan bila sudah banyak yang tertipu apalagi tidak mengetahui ciri-ciri atau istilah cash on delivery. Untungnya, kisah Gesya ini bersamaan dengan kurir yang sudah seringkali mengirimkan barang kepadanya.
Cara Mengatasinya
Belajar dari yang sudah terjadi oleh Gesya dan korban lainnya, sebaiknya jika mengalami penipuan ini, periksa terlebih dahulu pesanan dan item pesanan yang ada pada invoice dari pihak pengirim yang ditempel di luar paket. Kemudian periksa kembali nomor telfon dan nama pengirim, usahakan untuk menghubungi nomor tertera.
Setelah itu, konfirmasikan kepada kurir bahwa barang yang diterima merupakan kesalahan dan bentuk penipuan yang harus ditindaklanjuti kembali oleh pihak ekspedisi pengiriman barang. Selain merugikan hal ini juga meresahkan banyak orang terutama kurir yang akan menjadi sasaran amarah korban atau penerima barang.
Menurut Perencana Keuangan Andy Nugroho dari Advisors Alliance Group, masyarakat harus lebih pintar dari si penipu. Lebih baik belanja dari marketplace besar yang dapat dipertanggungjawabkan keberadaannya, dan apabila mengalami penipuan ini dengan kondisi kurir yang sudah terlanjut memberikan barang, penolakan harus disertai kejelasan ada atau tidak adanya riwayat korban dalam memesan barang agar kedua belah pihak saling memahami.
Selain itu, untuk menghindari penipuan ini, lebih baik tidak berbelanja dengan sistem CoD, agar data lebih aman dan pesanan pun dapat dipertanggungjawabkan oleh penjual.