Muslimahdaily - Voice of Baceprot atau yang dikenal dengan sebutan VoB merupakan sebuah band dengan aliran musik cadas atau keras. Kehadiran tiga hijabers jelita yang selalu ceria ini mematahkan stiga musik rock yang biasanya dibawakan oleh pria bertato dan berambut panjang.

Perjalanan musik ketiganya bermula saat masih sama-sama sekolah di Madrasah Tsanawiyah. Mereka adalah Firda Marsya Kurnia sebagai vokalis, Widi Rahmawati sebagai pembetot bass, serta Euis Siti sebagai penggebuk drum.

Melalui lagu-lagu cadas yang mereka ciptakan sendiri, VoB kini menjelma sebagai grup band yang diperhitungkan. Dalam dua tahun terakhir, trio hijabers yang tampak bak triplet ini sukses menghipnotis para pecinta musik metal tanah air, hingga mancanegara. Tercatat, mereka pernah manggung di Prancis hingga Belanda, bahkan bertemu salah satu anggota kerajaan Inggris yakni Duchess of Cornwall.

Dalam perjalannya, mereka menghadapi rintangan yang tidak mudah. Jalan terjal harus mereka lalui untuk bisa melesat seperti sekarang, mulai dari hal-hal teknis seperti izin keluarga dan peralatan di kampung halaman yang kurang mumpuni, hingga masalah yang jauh lebih kompleks akibat hijab yang mereka kenakan dianggap kontradiktif dengan karya musiknya.

Marsya pernah dilempar batu yang dibungkus secarik kertas bertuliskan: 'Berhenti membuat musik setan'. Gadis belia itu juga sengaja ditabrak oleh pengendara sepeda motor, dan jendela toko sang ibu turut dirusak.

Cerita lain, tepat sebelum VoB naik ke panggung, panel listrik utama dimatikan oleh seseorang. Begitupun manajer mereka telah banyak kali menerima panggilan telepon yang mengancam akan membubarkan band metal itu.

Kini para personel sudah bisa menghadapi dengan baik hal-hal macam itu. Seiring berjalannya waktu, lika-liku yang mereka jalani mulai dari peluncuran album perdana ‘School Revolution’ hingga single terbaru ‘(Not) Public Property’, membuat tiga muslimah asal Sunda itu semakin bijak.

Dalam wawancara internasional bersama Red Bull Media House, ketiganya tak malu-malu menjelaskan bagaimana peran Islam sebagai pegangan mereka untuk tetap membumi dan pantang menyerah.

“Adanya Tuhan membuat saya memiliki seseorang yang mendengarkan saya, cerita saya, dan kesedihan saya,” kata Sitti. “Jika saya menceritakannya kepada manusia, saya mungkin mendapat respons yang tidak terduga, tetapi ketika saya memberi tahu Tuhan, tidak apa-apa.”

“Agama adalah teman bagi saya,” Marysa setuju. “Di mana pun saya merasa khawatir atau takut tentang sesuatu, saya berbicara kepada Tuhan. Dia tidak akan pernah menyalahkan saya seperti orang lain dan Dia akan selalu mendengarkan apa pun yang saya katakan.”

“Ketika saya berdoa kepada Tuhan saya,” tambah Widi, “itu memberi saya kekuatan untuk percaya bahwa saya dapat mencapai impian saya.”

Begitu pula ketika menjelaskan manfaat berhijab. Suatu ketika ketika datang seorang wartawan yang menyudutkan hijabnya, Marsya menjelaskan bagaimana agama membawa kegembiraan dan kekuatan dan bahwa mengenakan jilbab telah menjadi pilihannya, sebagai simbol kedamaian dan keindahan.

Tak bisa dipungkiri, Voice of Baceprot jelas merupakan sesuatu yang istimewa. Bagi ketiganya, di antara berbagai prasangka dari dalam maupun luar negeri, ketika di atas panggung hanya ada satu yang penting. Kekuatan musik rock dan mimpi mereka.

Adzkia Azzahra

Add comment

Submit