Muslimahdaily - Mengilhami kisah cinta atas nama Allah memang selalu indah. Tahukah, sahabat, salah satu kisah cinta yang indah tersebut dialami oleh putri tercinta Rasulullah, Fathimah Az-Zahra dan sepupu Rasul, Ali bin Abi Thalib. Pernahkah kamu mendengar kisah cinta yang penuh keikhlasan tersebut?
Fathimah Az-Zahra merupakan putri kesayangan Nabi Muhammad Shallallahu `alaihi wa sallam. Ia adalah putrinya yang sangat cantik, cerdas, dan juga sopan. Fathimah dikenal sangat dekat dengan ayahnya. Setiap kali Sang Nabi pulang ke rumah, Fathimah dengan riang menyapa dan memeluknya. Begitu juga sebaliknya, Rasul begitu menyayangi putri dari istri setianya, Khadijah.
Fathimah dikisahkan menjadi wanita sholihah yang diidam-idamkan para sahabat Nabi. Sejumlah sahabat terdekat Nabi pernah melamar Fathimah, namun sayang, putri cantik itu menolaknya. Padahal, keshalihan para sahabat Nabi ini sudah tidak diragukan lagi. Siapa yang diinginkan Fathimah Az-Zahra sebenarnya?
Fathimah ternyata menunggu seorang pria yang menjadi pujaan hatinya. Fathimah, menyukai pemuda tampan, sholih nan cerdas, Ali bin Abi Thalib. Berulang kali mendapat lamaran dari pria lain, Fathimah meyakini suatu hari nanti Ali akan melamarnya, dan ia pun menantikannya.
Ali bin Abi Thalib merupakan sosok pemuda shalih dan juga tampan. Ali sudah mengikuti Nabi Muhammad Shallallahu `alaihi wa sallam sedari kecil. Ali juga orang yang menggantikan Rasulullah tidur di dalam selimutnya ketika Rasul dikejar pihak musuh saat masa berdakwahnya.
Kesetiaan dan kecintaannya pada Rasul pun begitu mendalam, sampai ia ikhlas merasakan patah hati karena beberapa kali mengetahui pria lain melamar Fathimah. Mengapa demikian? Ali ternyata sudah lama menyukai putri Nabi itu namun belum berani melamar karena ia adalah pria miskin. Ali masih tidak percaya diri dan merasa belum pantas meminang Fathimah karena ketiadaan biaya untuk membeli mas kawinnya.
Ali Bin Abi Thalib pun berusaha keras untuk bekerja dan mengumpulkan biaya agar layak bersanding dengan Fathimah. Namun bukan tanpa rintangan, karena Ali beberapa kali mengalami patah hati saat ia tahu pria lain melamar pujaan hatinya.
Pria-pria tersebut bukanlah pria sembarangan. Pertama, Abu Bakar Ash-Sidiq, sahabat terdekat Nabi Muhammad, yang melamarnya. Bagaimana tak ciut nyali Ali mendengar sosok yang begitu bijaksana dan shalih seperti Abu Bakar yang meminta Fathimah dari Rasul. Karena itulah, Ali ikhlas. Pria seshalih Abu Bakar diyakini tak akan menyakiti Fathimah dan Fathimah pasti akan bahagia dengannya.
Namun ternyata, Abu Bakar mendapat penolakan yang membuat semangat Ali kembali membara. Ali pun terus berusaha memantaskan diri agar segera bisa melamar Fathimah. Di tengah usahanya, Ali kembali patah hati karena ternyata Umar bin Khatab melamar Fathimah.
Ali kembali merasa kecil. Siapa yang tak menghormati sahabat Nabi yang satu itu? Umar adalah pria pemberani dan tegas yang pastinya bisa melindungi Fathimah ketika menjadi istrinya nanti. Perjuangan Umar pun begitu besar untuk membela Rasul kapan pun dan di mana pun. Namun lagi-lagi, Allah punya kehendak lain. Lamaran Umar ditolak dan membuat Ali kembali memiliki harapan.
Ali sempat bertanya-tanya, seperti apa menantu ideal Rasulullah sesungguhnya. Ia pun sempat berpikir mungkin seseorang kaya raya seperi Usman bin Affan yang dinantikan Fathimah. Jika demikian, betapa jauh ia dari syarat tersebut. Ia tak memiliki apa pun, kecuali ketakwaannya pada Allah dan kecintaannya pada Nabi.
Tapi berkat saran dan dorongan para sahabat Ali, ia kembali tersadar. Ia tak bisa berdiam saja dan tidak memperjuangkan cintanya. Dengan berani, Ali pun meminta Fathimah pada Rasul untuk diperistrinya. Hanya dengan menggadaikan baju besinya, Rasulullah dan Fathimah pun menerima lamaran tersebut. Betapa bahagianya hati Ali saat itu.
Rasulullah pun bersabda jika sesungguhnya Allah Subhanahu wa ta’ala meminta dirinya menikahkan Fathimah dan Ali bin Abi Thalib. Dihujaninya Ali dengan doa-doa kebahagiaan atas pernikahannya dengan Fathimah.
Kisah di atas mengajarkan kita tentang cinta yang ikhlas pada kehendak Allah Subhanahu wa ta’ala Doa dan usaha yang dilakukan pasti akan didengar Allah. Ketulusan cinta tersebut akan membawa kita pada orang yang sama-sama merindukan kita. Kisah ini juga menyatakan bahwa jodoh akan tiba pada waktunya. Mencintai seseorang atas nama dan izin Allah adalah hikmah yang bisa kita petik dari kisah ini.