Muslimahdaily - Al Qur’an, pedoman umat Islam ini menjadi satu-satunya kitab suci yang diturunkan dengan menggunakan bahasa Arab. Para ulama bahkan sepakat bahwa bahasa Arab menjadi satu-satunya bahasa yang digunakan dalam Al Qur’an dan tidak ada bahasa lain yang di dalamnya.

Namun, ada fakta mengejutkan tentang hal ini, pasalnya ternyata di dalam Al Qur’an terdapat satu kata yang diadopsi dari bahasa Indonesia, yakni Kafur. Kata kafur atau yang biasa kita sebut kapur, diambil dari benda bernama kapur barus yang berasal dari kota Barus, Indonesia.

Kota Barus merupakan sebuah wilayah yang terletak di antara perbukitan dan pesisir barat Sumatera Utara. Sejak zaman dahulu, kota Barus dikenal sebagai penghasil kamper atau kapur barus yang berasal dari getah tanaman pohon kapur yang tumbuh di wilayah itu. Dan ternyata tanaman ini hanya dapat tumbuh dan berkembang di wilayah Indonesia.

Selain dapat digunakan sebagai wewangian, kapur juga dapa digunakan sebagai bumbu masak, dan juga obat-obatan. Bahkan waktu itu, kapur barus digunakan untuk mengawetkan jenazah raja-raja mesir kuno oleh kerjaaan firaun. Oleh karenanya, komoditas ini sangat terkenal di berbagai belahan dunia, termasuk di wilayah Timur Tengah.

Berjuta manfaat yang didapat dari kapur barus membuat komoditas satu ini menjadi buruan pedagang-pedagang dari luar Nusantara. Bahkan pada saat itu, konon katanya harga kapur barus setara dengan harga emas. Hal ini pun membuat nama wilayah Barus ikut tersohor.

Maka sejak tahun ke-6 sebelum Masehi, masuklah para pedagang yang berasal dari Timur Tengah ke kota Barus. Tak hanya pedagang dari Timur Tengah, bahkan para pedagang dari Aceh, China, Tamil, India, Batak, Jawa, Minangkabau, Bugis, Bengkulu dan lain sebagainya pun turut serta mendatangi kota Barus. Hal ini membuat Barus menjadi jalur perdagangan sekaligus sebagai pelabuhan perdagangan terbesar dan teramai di Asia.

Jalur perdagangan ini dipercaya turut andil menjadi penyebab masuknya Islam ke wilayah Nusantara untuk pertama kalinya melalui kota ini. Hal ini dibuktikan dengan ditemukannya makam Syekh Rukunuddin yang wafat pada tahun 672 Masehi atau Hijriah. Makam tersebut terletak di kompleks Makam Mahligai di Barus. Selain itu, terdapat ratusan makam lainnya yang diyakini adalah makam para pengikut-pengikutnya.

Adapun situs kuno bersejarah Islam yang dapat ditemukan di Barus, yakni Makam Papan Tinggi. Makam ini terletak di Desa Pananggahan yang jaraknya lebih dekat dari pusat kecamatan Barus. Di dalam makam yang terletak di puncak bukit itu terdapat makam Syekh Mahmud, dan 5 makam pengikutnya yang tersusun berdekatan.

Selain dua kompleks tersebut, terdapat juga sejumlah makan kuno Syekh lainnya yang tersebar di beberapa desa di Kecamatan Barus. Diantaranya, makam Syekh Tuan Ambar, Syekh Mahdum, Syekh Ibrahim Syah, Syekh Kayu Manang, Syekh Tuan Kinali, Syekh Tuan Pinago, dan Syekh Tuan Jantikan.

Bahkan Presiden Jokowi pun meresmikan Tugu Titik Nol Pusat Peradaban Islam Nusantara di Kecamatan Barus, Kabupaten Tapanuli Tengah, Sumatera Utara, sebagai bukti bahwa Barus adalah tempat pertama Islam masuk ke wilayah Nusantara.