Muslimahdaily - Pernahkah anda mendengar nama ‘Barbarossa’? Sebagian dari Anda mungkin pernah mendengarnya dalam sejarah atau film layar lebar. Dalam film, Barbarossa sering digambarkan sebagai seorang bajak laut yang bengis dan sadis.
Tak tanggung-tanggung, dalam salah satu film layar lebar Amerika (walaupun namanya sedikit berbeda, namun tokoh rujukannya tetap sama), Barbarossa digambarkan sebagai bajak laut yang dikutuk sedemikian rupa sehingga membuat dirinya berwujud seperti tengkorak hidup. Tak hanya itu, anak buahnya juga memiliki nasib yang sama. Lengkap sudah image Barbarossa si bajak laut yang amat menyeramkan.
Namun, apa faktanya dalam dalam sejarah?
Pada abad ke-15, sejarah mencatat bahwa kapal militer Knight of Rhodes menyerang sebuah kapal laut non-militer tanpa sebab yang jelas. Banyak yang terluka dan mati di kapal itu, termasuk adik bungsu dari dua orang lelaki yang bernama Aruj dan Khairuddin. Merasa terpukul dan meinginkan balas dendam, mereka berdua pun melakukan aksi bajak laut kepada semua kapal militer milik kerajaan-kerajaan Kristen pada zaman itu.
Kendati tidak memiliki dukungan militer dari negerinya, mereka berdua berhasil membentuk sebuah armada laut yang sangat tangguh. Begitu tangguhnya, sampai-sampai mereka ditakut-takuti oleh seluruh penjuru Eropa dan dijuluki sebagai ‘The Barbarossa Pirates’, sang bajak laut nomor satu dalam sejarah manusia.
Walaupun mereka melakukan praktik pembajakan, Aruj dan Khairuddin sama sekali tidak menampilkan diri mereka sebagai sekelompok bajak laut yang kejam. Bendera mereka tidak berwarna hitam dan bergambarkan tengkorak, melainkan bendera hijau yang berisi kaligrafi doa ‘Nashrun Minallah Wa Fathun Ghariib Wa Basysyiril Mu’miniin’, Ya Muhammad, empat nama Khulafaur Rasyidin, gambar pedang Zulfikar dan bintang David.
Awak kapalnya pun terdiri dari kaum muslim yang berbangsa Moor, Turki, Spanyol serta segelintir orang Yahudi. Tapi, berkat kelicikan propaganda kerajaan Eropa di zaman itu, nama Barbarossa berhasil disihir menjadi sosok bajak laut yang pantas mendapat predikat ‘Sang Pemilik Segala Kejahatan’.
Segala puji bagi Allah yang memiliki rencana yang lebih agung. Pada tahun 1492, Andalusia yang ditaklukan oleh Pasukan Salib memaksa Aruj dan Khairuddin untuk mengesampingkan dendam mereka, demi memperjuangkan hal yang jauh lebih mulia dari segala sesuatu yang ada di langit dan bumi; agama Allah. Maka berangkatlah mereka dalam berbagai misi jihad di Spanyol, Aljazair dan Afrika Utara. Khalifah Islam saat itu, Sulaiman I, kagum terhadap prestasi mereka berdua, sehingga mengangkat mereka sebagai Panglima Angkatan Laut untuk membenahi angkatan laut Daulah Khilafah Islamiyah yang amburadul kala itu.
Sayangnya, di tengah kegemilangan prestasi pasukan muslim yang dipimpin Aruj dan Khairuddin, Spanyol berhasil menghasut pemimpin kota Tlemcen untuk melakukan pemberontakan kepada Aruj pada tahun 1518. Aruj yang terpaksa memerangi saudara seimannya sendiri menjadi tidak konsentrasi dan kehilangan segala taktik perangnya sehingga membuat pasukannya kocar-kacir.
Walaupun sempat lolos, Aruj lebih memilih bertempur sampai titik darah penghabisan bersama para pasukannya. Dengan syahidnya sang saudara tercinta, Khairuddin pun maju menjadi pemimpin armadanya dan terus membawa kemenangan besar bagi kaum muslim atas tentara-tentara Spanyol.
Kejayaan sang Barbarossa harus berakhir pada tahun 1565. Walau usianya yang semakin senja, Khairuddin tetap memenuhi panggilan jihad dan memimpin pasukannya untuk merebut Malta dari Knight of St. John. Dalam pertempuran itu, Khairuddin mati syahid dan dimakamkan di Istanbul. Kini, di dekat kuburannya berdiri sebuah masjid dan madrasah untuk mengenang jasa-jasa besarnya di masa itu.
Ini baru dua di antara pahlawan-pahlawan Islam yang telah distempel jelek oleh mereka yang membenci Islam. Apakah kita mau membuka mata terhadap sejarah yang sesungguhnya, atau tetap menikmati bingkisan-bingkisan cantik propaganda negatif terhadap pahlawan sejati kita? Pilihannya ada di tangan Anda.