Muslimahdaily - Berbohong merupakan suatu tindakan salah yang kerap dilakukan dalam kehidupan sehari-hari. Bahkan, pada beberapa orang, berbohong menjadi suatu kebiasaan hingga keharusan untuk dilakukan secara terus menerus. Jika kondisi semakin buruk, biasanya orang tersebut tidak lagi dapat mengontrol kebohongan yang dia buat.

Jika seseorang mulai kecanduan berbohong hingga tidak bisa mengontrolnya, bisa jadi hal tersebut merupakan tanda dari adanya gangguan piskologis yang disebut dengan Phatological Liar.  

Phatological Liar sendiri adalah kondisi di mana seseorang terus berbohong secara terus-menerus, kompulsif dan terencana. Selain itu, biasanya orang tersebut melakukan kebohongan tanpa adanya alasan yang jelas atau biasa disebut dengan Pseudologia Fantastica atau Compulsive Lying.

Kebohongan yang dilakukan cenderung bervariasi. Bisa menyombongkan prestasi, kekayaan, bahkan sebagai seorang korban yang harus memerlukan perhatian lebih.

Terdapat beberapa ciri-ciri dari pathological liar, diantaranya sebagai berikut:

• Sering menceritakan kisah pilu atau penderitaan yang sedang dialami demi mendapatkan simpati orang.

• Saat bercerita, topik sering berubah-ubah. Hal ini terjadi karena terlalu sering berbohong sehingga lupa dengan alur kebohongan yang telah dilakukan sebelumnya.

• Memberikan respons terhadap cerita atau pertanyaan orang lain tetapi respons tersebut tidak jelas bahkan keluar dari topik pembicaraan.

Selain ciri-ciri, terdapat juga beberapa penyebab terjadinya pathological liar yang harus diperhatikan. Memang untuk penyebab ini belum bisa dipastikan secara jelas, hanya saja perilaku sering berbohong patologis diduga akibat adanya gangguan psikologis maupun demensia.

Merangkum dari beberapa sumber, berikut beberapa dugaan penyebab terjadinya patological:

1. Gangguan kepribadian

Kebiasaan berbohong patologis diperkirakan menjadi salah satu gejala, dari gangguan kepribadian tertentu. Gangguan kepribadian tersebut, termasuk:

• Gangguan kepribadian ambang (borderline personality disorder): Gangguan yang membuat penderitanya sulit mengatur emosi, sering mengalami perubahan mood, perasaan insecure,dan perasaan tidak stabil.

• Gangguan kepribadian narsistik (narcissistic personality disorder): Gangguan ini menyebabkan seorang individu membutuhkan pengakuan dan perlakukan yang spesial dari orang lain.

• Gangguan kepribadian antisosial (antisocial personality disorder): Gangguan ini memiliki ciri penderita yang tak peduli mengenai kebenaran, serta kerap merampas hak dan menyakiti perasaan orang lain.

Seseorang yang menderita gangguan kepribadian ambang maupun narsistik dapat melakukan kebohongan patologis, untuk menyimpang realitas menjadi sesuatu yang sesuai dengan emosi diri sendiri.

2. Demensia frontotemporal

Demensia frontotemporal adalah kondisi demensia, yang memengaruhi bagian depan (frontal) atau bagian samping (temporal) organ otak. Kondisi ini menyebabkan penderitanya mengalami gangguan perilaku serta kemampuan berbicara.

Gangguan perilaku yang ditunjukkan oleh individu dengan demensia frontotemporal, meliputi:

• Perilaku sosial yang tidak semestinya dilakukan

• Tidak dapat memahami perilaku sendiri maupun orang lain

• Kurang empati terhadap orang di sekelilingnya

• Perilaku kompulsif

• Perubahan selera makan

• Rasa bosan

Para ahli memperkirakan, perilaku pathological liar mirip dengan karakteristik dan ciri-ciri yang ditunjukkan oleh penderita demensia frontotemporal.

Sekar Andini Wibisono Putri

Add comment

Submit