Memenuhi Wasiat Ayah, Dika Menemukan Cahaya Islam

Dika membaca dua kalimat syahadat Dika membaca dua kalimat syahadat

Muslimahdaily - Terlahir dari keluarga yang berbeda agama, ibu yang beragama katolik dan ayah yang beragama Islam lantas tak membuat Dika mengikuti jejak ayahnya menjadi muslim. Dika dan kedua adiknya mengikuti jejak ibunya yang beragama katolik, akan tetapi ketika di bangku SMA muncullah keinginan Dika untuk menjadi mualaf.

“Sebenarnya keinginan untuk masuk Islam udah ada lama, sekitar lima atau enam tahun yang lalu dan alhamdulillah sekarang terwujud,” tutur Dika.

Hal terbesar yang membuatnya ingin menjadi seorang mualaf adalah agar dapat menemani ayahnya yang seorang muslim dan bersama-sama menjadi muslim yang baik. “Ayah saya itu muslim, namun muslimnya tidak taat banget, sholatnya hanya kalau hari raya saja. Istilahnya itu muslim ktp, tapi ayah saya punya keinginan agar anaknya ada juga yang menjadi muslim,” tambah Dika.

Keyakinannya untuk menjadi muslim bertambah kuat ketika sang ayah meninggal. Pasalnya, ketika sang ayah sakit, beliau menginginkan agar ketika sakaratul maut nanti ada yang membimbingnya untuk mengucapkan dua kalimat syahadat. Hal inilah yang sangat disesalkan oleh Dika karena saat itu ia belum menjadi muslim dan tidak mampu untuk memenuhi keinginan ayahandanya tercinta.

Meskipun merasa kecewa karena tidak bisa menuntun sang ayah mengucapkan kalimat tauhid saat sakaratul maut. Namun Dika bertekad untuk memenuhi keinginan ayahnya yang lain yaitu menjadi anak sholeh yang selalu mendoakan orang tuanya.

“Saat ayah sakit juga pernah bilang tentang amalan muslim yang tetap ada meskipun dia sudah meninggal. Salah satunya adalah doa anak yang sholeh dan saya ingin menjadi anak sholeh agar saya dapat mendoakan ayah. Untuk itu tekad saya menjadi mualaf semakin kuat” tuturnya.

Hingga akhirnya pada 19 Oktober 2018 Dika mengucapkan kalimat syahadat di masjid Bekasi dibimbing oleh seorang ustadz. Menurutnya, setelah ia mengucapkan kalimat syahadat dan menjalankan ibadah shalat hatinya terasa jauh lebih tenang dibandingkan sebelumnya. Berbeda ketika saat ia beribadah ke gereja, hatinya merasa hampa dan bertanya-tanya.

Ia juga merasa tidak mengalami kesulitan yang berarti dalam mempelajari Islam, karena sebelumnya ia sudah sering melihat teman-temannya yang muslim beribadah. Ia pun juga mulai membiasakan diri untuk shalat berjamaah dan menjalankan ibadah sunnah lainnya seperti shalat tahajud.

Teman-temannya menyambut keislamannya dengan sukacita, bahkan ada beberapa sahabatnya yang mengatakan bahwa proses dirinya menjadi mualaf adalah hal yang selama ini mereka tunggu-tunggu.

“Ketika saya masih non muslim dulu, saya sering mengingatkan teman-teman saya untuk shalat dan ketika saya sudah muslim dan mengajak mereka shalat mereka semua kaget dan bukannya shalat mereka malah menonton saya wudhu” cerita Dika.

Sejak menjadi mualaf hingga saat ini, Dika belum memberitahukan keislamannya pada keluarganya. Ia takut untuk menyakiti hati ibunya, untuk itu ia sedang mempersiapkan waktu yang tepat untuk memberitahukan keluarga besarnya, khususnya ibunya. Semoga Dika diberikan kemudahan dan kelancaran oleh Allah saat memberi tahu ibunya nanti perihal mualafnya dan dapat diterima oleh keluarga besarnya. Aamin.

Last modified on Kamis, 27 Desember 2018 00:06

Leave a Comment