Muslimahdaily - Alkisah suatu hari Rasulullah mengutus Hatib bin Abi Balta’ah untuk mengantarkan sepucuk surat untuk Raja Muqawqis. Dalam suratnya, beliau mengajak Muqawqis untuk memeluk Islam. Tatkala sampai surat tersebut ke hadapan sang raja, beliau sempat menanyakan perihal Nabi Muhammad. Pasalnya ia memang sudah mendengar kabar mengenai munculnya nabi baru. Namun, tak menyangka bahwa nabi tersebut datang dari negeri Arab, bukan dari Syam seperti keyakinan selama ini.
Singkat cerita, ajakan tersebut ditolak Muqawqis lantaran takut akan kehilangan kekuasaan. Namun, ia sangat menghormati Nabi Muhammad, sehingga sebagai gantinya ia mengirimkan surat balasan dan sejumlah hadiah untuk Rasulullah. Hadiah tersebut termasuk satu kilogram emas murni, sekaleng madu, sekaleng minyak wangi, seekor unta, 20 potong bahan baju, dan dan dua orang wanita bernama Mariyah dan Sirin, serta budak bernama Maburi.
Mariyah binti Syam’un lahir di Desa Hafn, yakni sebuah desa di dekat Sungai Nil, Mesir. Ayahnya seorang Mesir, sementara ibunya seorang Nasrani dari Romawi. Karena keturunan Suku Qibti, dirinya dipanggil Mariyah Al Qibtiyah. Saat dewasa, Mariyah dan saudara perempuannya, Sirin dipekerjakan di istana Muqawqis.
Di tengah perjalanan dari Mesir ke Madinah oleh Hatib, Mariyah dan Sirin merasa sedih lantaran akan meninggalkan kampung halamannya. Kemudian Hatib berusaha menghibur mereka dengan menceritakan mengenai kebijaksanaan Nabi Muhammad serta ajarannya. Keduanya pun setuju ketika ditawari untuk memeluk Islam.
Setelah sampai, Nabi Muhammad terkejut dengan datangnya Mariyah serta Sirin bersamaan dengan kabar penolakan. Kemudian beliau mengambil Mariyah untuk dirinya, sementara Sirin kepadanya Hasan bin Tsabit.
Dalam sebuah riwayat, Nabi Muhammad tertarik dengan paras Mariyah yang berkulit putih, cantik, serta berambut gelombang. Beliau menjadikannya sebagai istri kemudian menitipkan Mariyah di rumah Haritsah bin Nu’man. Riwayat lain menyebutkan Nabi Muhammad membangunkan sebuah rumah untuknya di ujung timur Madinah.
Membuat istri-istri nabi yang lain cemburu
Paras cantik Sayyidah Mariyah Radhiyallahu'anha membuat istri-istri Nabi yang lain cemburu. Selain itu, Rasulullah pada saat itu sering menghabiskan waktu bersamanya. Rasa cemburu semakin membara tatkala pada tahun kedua pernikahannya, Mariyah hamil. Kabar tersebut terdengar oleh istri-istri nabi lainnya. Pasalanya, di antara mereka saat itu belum ada yang dikaruniai anak selain dari Sayyidah Khadijah Radhiyallahu'anha.
Kehamilan Mariyah membuat Nabi Muhammad menaruh perhatian lebih. Beliau kemudian memindahkan Mariyah ke daerah di luar kota Madinah, yaitu ‘Aliyah. Sejak saat itu, Nabi Muhammad jadi lebih sering berkunjung ke kediaman Mariyah.
Riwayat lain menyebutkan bahwa suatu ketika terbongkar rahasia pertemuan Nabi Muhammad dengan Mariyah di rumah Hafshah. Sementara Hafshah sendiri sedang tidak berada di rumah. Hafshah kemudian marah sehingga Nabi Muhammad mengharamkan Mariyah atas dirinya.
Atas paras cantik dan akhlaknya yang mulia, Sayyidah Aisyah Radhiyallahu'anha pernah berkata, “Belum pernah aku terpukau dengan keelokan seorang perempuan seperti halnya keterpukauanku kepada Mariyah. Rasulullah pun terpukau dengan kecantikan paras dan akhlaknya.”
Kelahiran Ibrahim
Setelah 9 bulan mengadung, Mariyah melahirkan seorang anak laki-laki yang diberi nama Ibrahim. Nabi Muhammad menamainya demikian dengan harapan mendapat berkah sebagaimana nama bapak para nabi, Nabi Ibrahim ‘Alaihissalam.
Namun pada usia sembilan bulan—ada pula yang menyebut satu tahun, Ibrahim jatuh sakit dan tidak lama kemudian meninggal. Ia dikuburkan di Baqi’.
Satu tahun berselang, Nabi Muhammad wafat. Semenjak saat itu, Mariyah tak pernah keluar dari rumah dan bergaul dengan orang lain. Ia hanya menemui saudarinya, Sirin, serta berziarah ke makam suami dan anaknya.
Sayyidah Mariyah meninggal pada tahun ke-16 Hijriyah. Shalat jenazahnya diimami oleh Umar bin Khattab sendiri kemudian dikuburkan di Baqi’.
Wallahu ‘alam.