Muslimahdaily - Alkisah, Al Ahnaf bin Qais ditimpa suatu penyakit. Perutnya begitu sakit hingga mengeluhkannya pada mereka yang menjenguk. Namun ini bukanlah kisah Al Ahnaf, melainkan kisah pamannya.

Sang paman membentak Al Ahnaf ketika sang kemenakan mengeluhkan sakit perutnya. Mengapa pamannya berbuat demikian? Ternyata ia memiliki sebuah kisah yang akan membuat siapa saja malu untuk mengeluh ketika ditimpa penyakit.

Paman Al Ahnaf, entah siapa namanya, sebut saja Abdullah (hamba Allah). Ia hidup dengan bahagia dan memiliki keluarga yang bahagia pula. Siapa saja yang melihat Abdullah, pastilah menyangka Abdullah selalu dikaruniai kesehatan dan kebugaran.

Abdullah melakukan aktivitas biasa dan tak pernah mengeluhkan ini itu, termasuk penyakitnya. Ya, Abdullah sebetulnya memiliki penyakit yang membuatnya cacat. Namun tak ada seorang pun yang tahu kecacatannya ini selama 40 tahun.

Selama 40 tahun itu, Abdullah ternyata ditimpa penyakit yang merusak penglihatannya. Salah satu matanya bahkan buta total tak bisa melihat apapun. Namun selama 40 tahun itu pula, tak ada yang mengetahui bahwa Abdullah seorang yang buta. Bahkan istri dan anaknya pun tak mengetahuinya.

Abdullah tak pernah mengabarkan penyakitnya, apalagi mengeluhkannya. Ia merasakan rasa sakit dan kesulitan seorang diri dengan tawakal penuh kepada Allah. Hanya Allah lah tempat ia mengadu segala kesedihannya dan kesulitannya akibat penyakit, puluhan tahun lamanya.

Maka ketika ia menjenguk kemenakannya dan mendengar keluhan penyakit, Abdullah memberikan nasihat yang berharga. Ia berkata kepada Al Ahnaf, “Jika sesuatu menimpamu, janganlah engkau mengeluhkannya kepada seorang pun. Sesungguhnya manusia itu ada dua macam. Teman yang kamu susahkan dan musuh yang kamu gembirakan.”

Nasihat Abdullah belum berakhir, ia pun memberikan petuah agar mengeluhkan segala sesuatu kepada Allah Rabb yang Maha Kuasa, “Janganlah engkau mengeluhkan sesuatu yang menimpa dirimu kepada makhluk sepertimu yang mana tidak mampu mencegah bila hal serupa menimpa dirinya. Akan tetapi, adukanlah kepada Dia yang memberi cobaan kepadamu. Dialah yang mampu memberikan kesembuhan kepadamu.”

Betapa berharga lagi indah nasihat Abdullah. Namun seseorang pada umumnya sulit menerima nasihat dari orang yang belum pernah mengalami cobaan serupa. Karena itulah Abdullah akhirnya membeberkan rahasianya. Ia mengungkap penyakit yang menimpanya, untuk pertama kali, selama 40 tahun. Tujuannya, agar kemenakannya dapat melakukan hal sama, ridha terhadap takdir pahit dan tidak mengeluhkannya kecuali kepada Allah Ta’ala.

Abdullah berkata kepada Al Ahnaf, “Wahai putra saudaraku! Sungguh, salah satu dari kedua mataku ini tidak dapat melihat semenjak empat puluh tahun lalu. Aku tidak memberitahukan hal ini kepada istriku, tidak pula kepada seorang pun dari keluargaku.”

Masya Allah, sungguh mulia sifat Abdullah. Mengingat sifat manusia pada dasarnya gemar mengeluh. Namun Abdullah dengan tawakalnya yang sempurna, tak pernah mengeluhkan sedikitpun apa yang menimpanya. Ia hanya mengeluhkannya pada Dia yang memiliki kemampuan memberikan solusi dan mengangkat segala ujian hidup.

Inilah salah satu adab seorang muslim saat ditimpa penyakit. Yakni menerimanya dengan sabar tanpa mengeluh. Di tingkat yang lebih tinggi, ia justru bersyukur atas setiap takdir yang menimpanya, termasuk yang paling pahit sekalipun.

Sebab, seorang muslim tak pernah berburuk sangka kepada Allah. Sebaliknya, seorang muslim seharusnya meyakini bahwasanya setiap takdir Allah adalah baik dan mengandung hikmah kebaikan bagi dirinya. Dari Jabir, Nabiyullah bersabda, “Janganlah salah seorang di antara kalian itu mati, kecuali dalam keadaan dia berbaik sangka kepada Allah.” (HR. Muslim)

Dari Abu Yahya Shuhaib bin Sinan, Rasulullah bersabda, “Sungguh menakjubkan urusan orang yang beriman. Sesungguhnya semua urusannya baik baginya, dan sikap ini tidak dimiliki kecuali oleh orang yang mukmin. Apabila kelapangan hidup dia dapatkan, dia bersyukur, maka hal itu kebaikan baginya. Apabila kesempitan hidup menimpanya, dia bersabar, maka hal itu juga baik baginya.” (HR. Muslim).

Itulah adab dan akhlak seorang muslim. Apapun yang terjadi, semua adalah kebaikan dan disikapi dengan ridha dan syukur. Saat ditimpa penyakit, ringan ataupun berat, semua harus disikapi dengan tanpa mengeluh, menerimanya dengan ridha, dan bersyukur atasnya karena bisa jadi, itu adalah kebaikan luar biasa yang dapat dinikmati di akhirat kelak. Allahu a’lam bish-shawab.