Muslimahdaily - Sebuah acara lari amal yang digelar oleh sebuah masjid di London menuai badai kritik publik dan tuduhan seksisme. Namun, seorang pemimpin perempuan dari masjid tersebut membalas dengan tegas, menyatakan bahwa perempuan Muslim memiliki suara dan tidak membutuhkan "penyelamatan" dari kritikus yang tidak memahami nilai-nilai komunitas mereka.

Kontroversi ini berpusat pada acara "Muslim Charity Run" yang diselenggarakan oleh Masjid East London di Tower Hamlets. Acara tersebut diumumkan secara terbuka untuk "pria, anak laki-laki segala usia, dan anak perempuan di bawah 12 tahun," yang segera memicu reaksi keras, termasuk dari Sekretaris Komunitas, Steve Reed, yang mengaku "ngeri" dengan format tersebut.

Bukan Eksklusi, Tapi Pilihan Komunitas

Sufia Alam, Kepala Program Masjid East London yang juga mengelola Pusat Maryam untuk ibadah perempuan, berada di garis depan dalam merespons tuduhan ini. Ia menolak keras narasi bahwa perempuan telah dilarang atau dieksklusikan.

Sebaliknya, ia menjelaskan bahwa format tersebut dirancang berdasarkan permintaan spesifik dari komunitas.

"Kami memang menawarkannya [acara lari] di awal kepada perempuan, tapi saya hanya mendapat satu atau dua [pendaftar]," jelas Alam. "Saya tidak bisa mengadakan perlombaan dengan satu atau dua wanita."

Menurut Alam, tidak ada satu pun keluhan yang datang dari jemaat internal masjid. Ia menegaskan bahwa keputusan itu mencerminkan preferensi komunitas, di mana banyak perempuan merasa lebih nyaman berpartisipasi dalam acara khusus perempuan.

"Kami Punya Suara dan Pilihan"

Inti dari pembelaan Alam adalah penolakan terhadap gagasan bahwa perempuan Muslim adalah korban yang pasif. Ia merasa kritik yang datang justru mengabaikan agensi dan pilihan yang dimiliki perempuan di dalam komunitasnya.

"Sebagai seorang wanita, konyol sekali jika orang berpikir kami perlu diselamatkan—orang tidak benar-benar memahami nilai-nilai agama kami," tegasnya.

"Kritikus berpikir mereka membela hak-hak perempuan, tetapi mereka mengabaikan fakta bahwa kami memiliki suara dan pilihan dalam apa yang kami lakukan. Tidak ada yang bertanya kepada kami; mereka hanya berasumsi kami dilarang."

Sufia Alam, yang telah bekerja selama 12 tahun di Masjid East London dan 30 tahun di bidang hak-hak perempuan, menambahkan bahwa ia tidak akan bertahan di posisinya jika masjid tersebut memberlakukan aturan yang opresif.

"Seluruh karir saya berkisar pada hak-hak perempuan," katanya. "Ini bukan tentang laki-laki yang memberi tahu kami apa yang harus dilakukan."

Ironi di Tengah Gelombang Kebencian

Junaid Ahmed, kepala eksekutif masjid, menambahkan bahwa isu terbesar yang dihadapi perempuan Muslim di komunitas mereka bukanlah eksklusi acara, melainkan kejahatan rasial dan Islamofobia.

Sejak berita 'fun run' ini menjadi sorotan media, pihak masjid justru menerima puluhan email kebencian. Ironisnya, kritik yang ditujukan untuk "membela" perempuan Muslim justru memicu peningkatan ancaman keamanan terhadap mereka.

Sufia Alam menggemakan sentimen ini. Ia menyebut bahwa "narasi yang dipersenjatai" seperti ini justru menakut-nakuti perempuan untuk kembali ke rumah mereka, padahal ia telah bekerja puluhan tahun untuk mendorong perempuan keluar rumah untuk mendapatkan pendidikan, pekerjaan, dan berolahraga.

Refleksi dan Tinjauan ke Depan

Di tengah polemik, suara moderat datang dari Shaista Gohir, anggota majelis tinggi parlemen dan pendiri Muslim Women's Network. Ia menyebut perhatian yang tidak proporsional terhadap 'fun run' ini lebih mencerminkan tingkat kebencian terhadap Muslim di Inggris daripada kepedulian tulus terhadap kesetaraan.

Meski demikian, ia juga mengingatkan agar organisasi Muslim merenungkan apakah mereka "benar-benar ramah dan mendukung perempuan Muslim."

Manajemen Masjid East London sendiri, yang akan membuka pusat kesehatan dan kebugaran wanita bulan depan, yakin tidak ada hukum yang dilanggar. Namun, mereka menyatakan akan "meninjau" format acara lari amal tersebut untuk tahun depan.