Muslimahdaily - Eskalasi konflik di Timur Tengah kembali memanas setelah pemerintah Israel mengeluarkan peringatan keras kepada Hamas pada hari Senin (8/9/2025). Israel mengancam akan melancarkan serangan berskala besar yang disebut sebagai "badai dahsyat" di Kota Gaza jika Hamas tidak menyerah tanpa syarat dan membebaskan seluruh sandera yang tersisa.

Menteri Pertahanan Israel, Israel Katz, menyatakan melalui sebuah unggahan di media sosial X bahwa ini adalah peringatan terakhir.

"Sebuah badai dahsyat akan menghantam langit Kota Gaza hari ini, dan atap-atap menara teror akan berguncang," tulis Katz, seperti dikutip oleh kantor berita Reuters. "Ini adalah peringatan terakhir bagi para pembunuh dan pemerkosa Hamas... Bebaskan para sandera dan letakkan senjata kalian – atau Gaza akan dihancurkan, dan kalian akan dimusnahkan."

Peringatan ini diikuti oleh seruan dari Perdana Menteri Benjamin Netanyahu yang mendesak warga sipil di Kota Gaza untuk segera mengungsi dari wilayah tersebut guna menghindari dampak operasi militer yang akan datang.

"Saya sampaikan kepada penduduk Gaza: Anda telah diperingatkan - keluarlah dari sana!" tegas Netanyahu, dilansir dari Reuters.

Kondisi di Lapangan dan Upaya Gencatan Senjata

Ancaman ini bukan tanpa pendahuluan. Dalam beberapa hari terakhir, militer Israel (IDF) telah meningkatkan serangan udara dan darat, menargetkan gedung-gedung tinggi yang diklaim sebagai pusat komando Hamas. Warga setempat melaporkan adanya pengeboman intensif di beberapa distrik Kota Gaza.

Di sisi lain, upaya diplomatik untuk gencatan senjata masih terus berjalan. Menurut laporan yang sama, Hamas dilaporkan sedang mempelajari proposal gencatan senjata terbaru yang diajukan oleh Amerika Serikat. Namun, kesepakatan masih sulit tercapai karena kedua belah pihak bertahan pada syarat masing-masing.

Hamas menyatakan komitmennya untuk membebaskan sandera dengan syarat adanya "pengumuman yang jelas tentang akhir perang" dan penarikan penuh pasukan Israel dari Jalur Gaza. Sementara itu, Israel menegaskan tujuannya untuk melenyapkan kemampuan militer dan pemerintahan Hamas sepenuhnya sebelum konflik berakhir.

Situasi ini menempatkan ratusan ribu warga sipil Palestina di Gaza dalam kondisi yang semakin terancam, di tengah krisis kemanusiaan yang terus memburuk setelah konflik berkepanjangan.