Muslimahdaily - Di tengah sorotan lampu stadion dan riuh rendah dunia sepak bola, sebuah cerita inspiratif datang dari London. Bukan hanya tentang gol atau trofi, tapi tentang perjalanan iman, ketekunan, dan sejarah baru yang siap ditorehkan. Mari kenalan lebih dekat dengan Djed Spence.

Pernahkah kamu merasa diremehkan atau perjalanan karier terasa begitu terjal? Rasanya, hampir semua dari kita pernah berada di titik itu. Momen ketika keraguan datang, bukan hanya dari orang lain, tapi juga dari diri sendiri. Kisah inilah yang belum lama ini dialami oleh Djed Spence, pesepakbola berusia 25 tahun yang kini menjadi buah bibir di Inggris.

Namanya mungkin belum sepopuler Harry Kane atau Bukayo Saka, namun Spence baru saja menerima panggilan pertamanya untuk memperkuat tim nasional senior Inggris. Sebuah pencapaian luar biasa yang menjadi impian setiap pesepakbola. Namun, ada satu hal yang membuat panggilannya ini terasa lebih istimewa: Djed Spence berpotensi menjadi Muslim pertama yang bermain untuk timnas senior pria Inggris.

"Ini adalah sebuah berkah, sungguh luar biasa," ujarnya saat diwawancara media. Sebuah kalimat singkat yang sarat akan rasa syukur.

Perjalanan Spence menuju titik ini sama sekali tidak mulus. Setelah direkrut oleh klub besar sekelas Tottenham Hotspur pada tahun 2022, kariernya justru meredup. Ia sempat dianggap "pembelian klub" oleh manajer saat itu, Antonio Conte, sebuah komentar yang menghancurkan kepercayaan dirinya.

Bayangkan, Sista. Setelah meraih sukses bersama klub sebelumnya, Nottingham Forest, dan berhasil membawa mereka promosi ke Premier League, ia justru harus menerima kenyataan pahit. Spence kemudian dipinjamkan ke tiga klub berbeda: Rennes di Prancis, serta Leeds United dan Genoa di Italia.

"Saya seperti jatuh terhempas karena komentar manajer dan tidak bermain," kenang Spence. "Itu adalah masa-masa yang sangat sulit dalam karier saya."

Namun, di tengah "momen tergelap" itulah, Spence menemukan pegangan terkuatnya.

Bagi Spence, iman bukanlah sekadar identitas, melainkan fondasi yang menopangnya saat dunia terasa runtuh. Ia secara terbuka berbicara tentang bagaimana keyakinannya kepada Allah Subhanahu wa ta'ala memberinya kekuatan untuk terus berjuang.

"Saya banyak berdoa, saya bersyukur kepada Tuhan. Di saat-saat terberat dalam hidup saya, saat-saat tergelap, saya selalu percaya bahwa Tuhan selalu ada di sisi saya," ungkapnya.

Keyakinan inilah yang membuatnya menjadi seorang pejuang. Ia tidak membiarkan keraguan orang lain mendefinisikan dirinya. Sebaliknya, ia menjadikan setiap kritik sebagai bahan bakar untuk membuktikan bahwa mereka salah. Mentalitas baja yang dibalut dengan keimanan yang kokoh inilah yang akhirnya membawanya kembali bersinar di Tottenham dan kini, membuka gerbang tim nasional untuknya.

Meskipun pencapaiannya menjadi sorotan bagi komunitas Muslim, Spence membawa pesan yang lebih universal. Ia berharap kisahnya dapat menginspirasi semua anak muda, apapun latar belakang dan keyakinan mereka.

"Jika saya bisa melakukannya, kamu juga bisa. Bukan hanya anak-anak Muslim, tetapi anak dari keyakinan apa pun. Fokuskan pikiranmu pada sesuatu dan kamu pasti bisa melakukannya," pesannya dengan tulus.

Kisah Djed Spence adalah pengingat indah bagi kita semua. Bahwa di balik setiap kesulitan, selalu ada ruang untuk bangkit. Bahwa iman bukanlah penghalang, melainkan sumber kekuatan terbesar. Dan bahwa dengan kerja keras dan keyakinan yang tak pernah padam, kita bisa menulis sejarah kita sendiri.