Muslimahdaily - Suasana haru dan penuh syukur menyelimuti Kota Tua Mosul saat Masjid Agung Al-Nuri yang bersejarah resmi dibuka kembali untuk publik pada hari Senin (1/9). Pembukaan ini menjadi momen penting yang menandai kebangkitan kota tersebut, delapan tahun setelah masjid dan menara ikoniknya dihancurkan oleh kelompok militan ISIS.

Perdana Menteri Irak, Mohammed Shia al-Sudani, memimpin langsung upacara peresmian. Ia menyatakan bahwa rekonstruksi situs bersejarah ini akan selamanya menjadi tonggak pengingat akan kepahlawanan rakyat Irak dalam mempertahankan tanah air mereka dan membangun kembali apa yang telah dihancurkan.

"Rekonstruksi masjid ini akan tetap menjadi sebuah tonggak sejarah, mengingatkan semua musuh tentang kepahlawanan rakyat Irak, pertahanan mereka atas tanah mereka, dan pembangunan kembali semua yang dihancurkan oleh mereka yang ingin mengaburkan kebenaran," ujar Perdana Menteri al-Sudani dalam sebuah pernyataan resmi.

Simbol Sejarah yang Diruntuhkan

Masjid Agung Al-Nuri, yang dibangun pada abad ke-12, memiliki arti yang sangat mendalam bagi warga Mosul dan dunia Islam. Masjid ini menjadi terkenal di seluruh dunia karena menaranya yang miring secara unik, yang dijuluki Al-Hadba atau "si bungkuk". Selama lebih dari 850 tahun, menara ini menjadi landmark tak terpisahkan dari cakrawala kota Mosul.

Nilai sejarah masjid ini dinodai pada tahun 2014 ketika pemimpin ISIS saat itu, Abu Bakr al-Baghdadi, mendeklarasikan kekhalifahan dari mimbarnya. Ironisnya, tiga tahun kemudian, pada Juni 2017, kelompok tersebut meledakkan masjid dan menaranya saat mereka berada di ambang kekalahan dari pasukan Irak.

Kehancuran situs ini meninggalkan luka mendalam bagi warga Mosul, yang melihatnya sebagai upaya penghapusan identitas dan sejarah kota mereka.

Upaya Rekonstruksi Internasional

Proyek restorasi monumental ini merupakan buah kerja sama antara pemerintah Irak, otoritas keagamaan Sunni, dan Organisasi Pendidikan, Keilmuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNESCO). Proyek bertajuk "Revive the Spirit of Mosul" ini didanai secara signifikan oleh Uni Emirat Arab.

Para ahli bekerja dengan cermat untuk membangun kembali menara Al-Hadba dan kompleks masjid dengan menggunakan teknik tradisional. Sebanyak mungkin material asli yang berhasil diselamatkan dari reruntuhan digunakan kembali untuk memastikan keaslian struktur tetap terjaga.

Selain masjid, proyek ini juga mencakup pembangunan kembali gereja-gereja yang rusak akibat perang di Mosul. Langkah ini diambil sebagai upaya untuk melestarikan warisan multikultural kota dan mendukung komunitas Kristen yang jumlahnya kian menyusut.

Pembukaan kembali Masjid Al-Nuri bukan hanya sekadar peresmian sebuah bangunan, tetapi juga menjadi simbol harapan, ketahanan, dan kemenangan semangat persatuan atas kehancuran.