Muslimahdaily - Penduduk di Kota Wuhan, Provinsi Hubei, Cina merayakan dicabutnya kebijakan lockdown yang telah mereka jalani selama 11 pekan. Warga Wuhan kini diperbolehkan melakukan aktivitas di luar rumah. Bahkan, pasar ikan yang diduga menjadi sumber mewabahnya Covid-19 kembali beroprasi, dilansir dari Republika, Senin (13/4).
Namun, sebagian orang di kota yang berisi berpenduduk 11 juta orang penduduk itu masih merasa belum aman.
Salah satunya adalah Zhang, warga Wuhan berusia 50 tahun dari distrik Wuchang. Ia merasa tidak ada perubahan yang signifikan keadaan saat lockdown dan sesudahnya. “Kami tidak merasakan perubahan yang besar, bagi beberapa dari kami, lockdown belum berakhir,” ujarnya, dilansir dari The Guardian Senin (13/4).
Di dalam Wuhan sendiri masih banyak pembatasan yang berkelanjutan. Banyak toko yang masih tutup, restauran yang hanya melayani pembelian jasa pengiriman. Bahkan sekolah, bioskop dan tepat hiburan lainnya masih tutup.
Hanya mereka yang memiliki izin yang bisa pergi secara teratur untuk kembali bekerja. Terdapat pos pemeriksaan konstan di mana penduduk harus menunjukkan kode kesehatan dan memeriksa suhu tubuh mereka sebelum masuk suatu kawasan.
Zhang mengatakan bahwa ia harus melewati empat posko kesehatan hanya untuk sampai ke halte bus lokal.
Pembatasan berkelanjutan yang disebut oleh pihak berwenang akan dicabut dicabut secara bertahap dan tertib, membuat masyarakat khawatir dan menyadari indikasi bahwa epidemi virus corona sebetulnya belum benar-benar berakhir di Wuhan.
Menurut Salah satu Warga Wuhan, Ho Fung, bebasnya Wuhan dari lockdown adalah bagian dari upaya pemerintah untuk meyakinkan publik bahwa kehidupan dapat kembali normal, dan pihak berwenang telah mengalahkan virus tersebut.
"Pembukaan kembali Wuhan dimaksudkan untuk mengirim sinyal bahwa China akan kembali melanjutkan bisnis dan pekerjaan secara normal. Tetapi terlepas dari upaya pemerintah, penduduk Wuhan akan tetap sangat berhati-hati, ”kata Ho-Fung Hung.
"Orang-orang tidak dapat dengan mudah melupakan kesalahan langkah awal pemerintah dalam menyebabkan krisis, khususnya bagi mereka yang kehilangan orang yang mereka cintai atau kesehatan mereka sangat terganggu," ujar seorang dosen Ekonomi Politik di Universitas Johns Hopkins.