Muslimahdaily - Image Hijabers Community (HC) yang identik dengan fashion diubah dengan sangat anggun oleh Syifa Fauzia. Putri dari Dr. Hj. Tuty Alawiyah ini membuat sejumlah aktivitas pengisi pikiran dan hati agar para muslimah muda kembali ke ranah agama. Cantik luar dalam, indah penampilan dan kaya pemikiran, bergaya namun bersahaja, demikian Syifa mengarahkan visi dan misi komunitas hijab terbesar Indonesia ini.
Bergabungnya Syifa di HC bermula dari kedekatannya dengan salah satu pendiri, Jenahara. Awalnya ia menjabat sebagai ketua HC untuk regional Jakarta. Namun ketika Jenahara dan para pendiri lain, seperti Ria Miranda dan Dian Pelangi keteteran membagi waktu dengan komunitas yang membernya membludak tersebut, dibuatlah regenerasi kepengurusan. Para pendiri HC menjadi founder dan Syifa didaulat menjadi ketua HC pusat.
“Saat keluar kerja di TV, nah kebetulan mulai ada HC tahun 2010. Aku kenal dan dikenalin dari beberapa teman founder. Aku ketemu Ria, ketemu Dian Pelangi, ketemu Jenahara. Aku ngobrol sama mereka, aku bilang perkumpulan apa sih ini. Setelah ngobrol, aku research, wah oke juga ya ini. Kebetulan aku dekat dengan Jenahara. Aku bilang, ‘Je, kalau ada apa-apa, butuh bantuan, atau share apa sih yang bisa aku lakukan untuk komunitas ini, untuk pemberdayaan muslimah muda hijabers ini'," tutur Syifa mengisahkan kali pertama ia mengenal HC.
Pemberdayaan muslimah memang sangat menarik perhatian Syifa. Hal itu didapatnya dari hasil didikan sang ibu yang memiliki aktivitas dan organisasi muslimah. Seperti dikenal pula, sang ibunda Syifa, Hj. Tuti Alawiyah merupakan mantan menteri pemberdayaan wanita.
"Ibuku juga punya sebuah organisasi muslimah dan kebetulan aku punya passion disitu. Setelah keluar dari TV swasta karena kebetulan punya anak, kerja di TV nggak punya banyak waktu di sana, aku memilih resign dan banyak berkiprah di pendidikan tinggi. Aku jadi PR (Public Relation) disitu. Setelah itu aku berpikir pengen punya satu wadah yang sesuai passion itu, untuk memperdayakan muslimah, akhirnya alhamdulillah aku bergabung di HC," ujar ibu dari satu anak itu.
Dipilihnya Syifa sebagai ketua HC oleh Jennahara, Ria Miranda, Dian Pelangi dan pendiri lain, bukanlah tanpa sebab. Syifa memiliki banyak kelebihan yang membuatnya sangat layak diamanahi mengurus komunitas tersebut. Ia memiliki latar belakang pendidikan yang cemerlang, berasal dari keluarga religius dan ia pula giat melakukan aktivitas sosial.
Syifa menyelesaikan sarjananya di bidang Film dan TV dari Curtin University, Perth, Australia. Selepas itu, ia pula mendapat beasiswa untuk melanjutkan S2 di Westminser University di London, Inggris jurusan Public Relation. "Dari bachelor (sarjana) aku passion kepengen kerja di TV. Aku langsung mendaftar di salah satu stasiun televisi swasta, disana jadi presenter dan reporter berita," kisah Syifa.
Selama bekerja menjadi jurnalis, Syifa pula membagi waktunya untuk kegiatan sosial. Kebetulan keluarga Syifa memiliki sebuah institusi yang bergerak di bidang sosial dan pendidikan bernama Asysyafiiyyah.
"Selama tiga tahun aku disitu (bekerja di TV), selama itu pula aku ada aktivitas di radio yang punya dari institusi kita di Asysyafiiyah. Jadi aku dibesarkan oleh keluarga yang sangat religius dan punya institusi, namanya Asysyafiiyah. ada sekolah anak yatim, universitas. Jadi aku banyak berkecimpung disana," ujarnya.
Bahkan selepas resign sebagai jurnalis, Syifa pula tak hanya berdiam diri sebagai ibu rumah tangga melainkan juga mengisi banyak waktu untuk melanjutkan aktivitas sosialnya. Ia memilih untuk membina anak-anak yatim di pesantren khusus yatim Asysyafiiyah. Ia pula menjadi Public Relation di institusi tersebut. Hingga di tahun 2012, para pendiri HC memilihnya meneruskan estafet pemberdayaan muslimah muda Indonesia.
Dipilihnya Syifa sebagai ketua HC pula karena latar belakangnya yang bukan seorang designer seperti para pendiri komunitas tersebut. Hal ini guna mengangkat HC dari image fashion melulu menjadi komunitas yang juga mengaji dan berbagi. Para pendiri HC pula kemudian mengamanahkan Syifa agar memperbanyak kegiatan non fashion.
"Pesannya cuma satu, jangan ngomongin fashion melulu. Salah satu kenapa aku jadi ketua HC, karena background aku yang bukan fashion. Bikin kegiatan-kegiatan di luar fashion, pesannya itu yang paling utama. Dari komite juga berpemikiran sama. Kita bisa kok beraktivitas di luar fashion. Fashion tetap, menjadi satu faktor penarik dan pendukung bagi teman-teman member ataupun hijabers muda untuk datang ke acara kita," jelas wanita berusia 30 tersebut.
Setelah empat tahun menjabat sebagai ketua HC, Syifa bersama jajaran komitenya pun berhasil membuat segudang acara non fashion, baik pengajian, pelatihan, bazaar, tausiyah, talkshow hingga charity seperti membantu korban bencana, mengunjungi panti asuhan dan lain sebagainya.
"Alhamdulillah tahun ini tahun keempat kita, aku merekrut yang sekarang jadi komite. Alhamdulillah bisa membuat program-program menyatukan misi kita dan mudah-mudahan akan terus kompak, dan mudah-mudahan pada saatnya akan ada regenerasi," harapan wanita cantik dan modis tersebut.
Bagi syifa, tantangan terberatnya dalam mengemban amanah sebagai ketua adalah mengubah pandangan orang tentang HC. Selama ini HC memang dikenal sebagai komunitas para muslimah yang gemar merias diri, berhijab dengan gaya dan lain sebagainya yang hanya tentang fashion dan make up.
"Merubah mindset orang bahwa pertama, hijabers itu bukan komunitas happy-happy aja dan tidak punya kegiatan bermanfaat. Duniawi banget. Mengubah hal itu menjadi challenge saya bahwa hijaber bukan berpenampilan luar saja," pungkasnya.