Muslimahdaily- Pendidikan rupanya belum merata. Termasuk beberapa kota besar dan kota-kota yang mendapat label ‘Kota Pendidikan’. Contohnya, seperti Surabaya dan Malang. Masih banyak anak-anak di kedua kota tersebut yang sepenuhnya belum mengenyam pendidikan. Mereka bahkan hidup terlantar tanpa ada pengasuhan yang baik. 

Atas dasar tersebut, segolongan pemuda berinisiatif membentuk gerakan. Merapatkan barisan dan mewujudkan aksi nyata di bidang pendidikan dalam sebuah komunitas yang mereka sebut dengan Inspiring Youth Educator (IYE). 

Komunitas tersebut berawal dari ajang silaturahmi sekumpulan mahasiswa yang mengikuti Youth Edu Regional Training. Program itu adalah pelatihan bagi mereka yang memberikan perhatian lebih terhadap dunia pendidikan. Pelatihan yang terdiri atas mahasiswa dari berbagai daerah tersebut dilanjutkan di daerah masing-masing.

Surabaya dan Malang menjadi kedua kota pelopor terbentuknya komunitas IYE. Dibentuk di tempat biasa, para pemuda menyatukan visi di sebuah aula balai RW Gebang, Surabaya. “Tepat tanggal 17 Januari 2013 IYE pun terbentuk,” ujar ketua IYE perwakilan kota Malang, Zulfa Alfi Inayah. 

Zulfa mengatakan, selama ini banyak sekali pemuda yang mengkritisi kondisi pendidikan di seluruh Indonesia. Namun, minim untuk mencari solusi dan beraksi memperbaiki masalah. “Karena itulah IYE hadir untuk berjuang bersama-sama setidaknya meminimalisir masalah pendidikan,” lanjut alumni Universitas Negeri Malang tersebut. 

Setiap daerah memiliki problem pendidikan tersendiri. Zulfa mengakui, ada perbedaan perlakuan kontribusi di kota Surabaya maupun Malang. “Setiap daerah disesuaikan masalahnya. Sehingga program pendekatan pendidikannya juga berbeda,” aku Zulfa. 

Dia menjelaskan, di awal, Surabaya memfokuskan diri pada isu pengembangan kampung edukasi di beberapa wilayah Surabaya. Mereka terjun langsung mengembangkan karakter anak-anak di beberapa kampung di Surabaya yang masih minim pendidikan. Mereka membentuk gerakan membaca sejak dini. Dengan menyediakan perpustkaan mini di beberapa kampung. 

“Sementara di Malang kami di awal fokus pada pengembangan karakter anak-anak panti asuhan yang belum terlalu memperhatikan sisi afektif anak-anak,” terang Zulfa. 

Zulfa mengaku prihatin sebab urusan pendidikan belum juga terselesaikan hingga sekarang. Dia menuturkan, misalnya saja di kota Malang yang mendapat julukan kota pendidikan, namun kualitas dan fasilitas pendidikan masih kurang merata. “Terutama di daerah pinggiran dan terpencil,” ungkapnya. 

Selain itu, masih banyak yang belum mendapat kesempatan menikmati pendidikan formal sekolah, seperti anak jalanan. “Karena keterbatasan biaya dan kurangnya kesadaran orangtua akan pentingnya pendidikan. Makanya masih banyak kita lihat anak-anak kecil mengamen dan mengemis di jalan,” tuturnya. 

Selama kegiatan, para pemuda IYE berusaha memberikan dan menyalurkan ilmu mereka. Misalnya, memberikan pelatihan crafting atau membuat prakarya. “Misalnya, kita memberikan pelatihan membuat gelang cantik kepada anak-anak panti asuhan atau anak jalanan. Tujuannya, supaya mereka mandiri, siapa tahu bisa berwirausaha kelak,” kata Zulfa.  

Sedangkan even terbesar yang pernah diadakan oleh IYE Malang adalah IRCC (Iyeducators Regional Craft Competition). “Jadi di sana kita mengajak anak-anak panti asuhan di Malang untuk ikut serta memanfaatkan barang bekas di sekitarnya sekaligus lomba kebersihan antar panti asuhan se Malang,” terang Zulfa. 

Meski belum bisa menyelesaikan masalah pendidikan secara tuntas, IYE terus berusaha membuat perubahan. Membuat program pendidikan yang kontinyu, sehingga dampak yang diinginkan dapat terlaksana dan terlihat. “Kami juga tetap menjalin kerjasama dengan masyarakat dan komunitas lain. Tujuannya, memperluas pengetahuan, masalah pendidikan di tiap area,” katanya.