Muslimahdaily - Keberhasilan cendekiawan Muslim terkemuka, Profesor Muhammad Quraish Shihab, dalam mendidik anak-anaknya hingga tumbuh menjadi pribadi-pribadi cerdas dan sukses di bidang masing-masing kerap menjadi inspirasi bagi banyak orang tua.

Saat ditanya mengenai resep utamanya, Prof. Quraish dengan tegas membagikan sebuah filosofi fundamental: tidak ada paksaan dalam mendidik anak. Beliau meyakini bahwa setiap anak memiliki hak untuk menentukan kehendak dan jalan hidupnya sendiri, dan tugas orang tua adalah membimbing, bukan memaksakan.

"Ada orang-orang yang belajar itu dipaksa oleh orang tuanya, dipaksa memilih jurusan tertentu karena pilihan orang tuanya. Keluarga saya tidak pernah menggunakan cara itu," jelas Prof. Quraish.

Filosofi ini menekankan pentingnya memberi ruang dan kepercayaan bagi anak untuk mengenali dan mengembangkan potensi mereka sesuai dengan minat serta bakatnya masing-masing.

1. Peran Orang Tua: Menjadi Pembimbing dan Sahabat Sejati

Menurut Prof. Quraish Shihab, tugas utama orang tua memang mendidik, melindungi, dan memberikan keteladanan (uswah hasanah). Namun, lebih dari itu, orang tua memiliki kewajiban untuk mengarahkan bakat anak, karena pada dasarnya semua ilmu itu baik dan bermanfaat jika dipelajari dengan benar.

Beliau mengisahkan bagaimana pola asuh orang tuanya di masa lalu tidak pernah membebani anak melebihi kemampuannya, dengan tujuan utama membangun ikatan yang kuat antara orang tua dan anak, sebuah ikatan yang lebih menyerupai persahabatan.

"Orang tua harus bisa menjadi sahabat bagi anak-anaknya," tutur cendekiawan Muslim ini.

Pendekatan ini, menurutnya, akan membuat anak merasa aman dan nyaman untuk menceritakan setiap pengalaman hidupnya, bahkan rahasia terdalam sekalipun. Dengan memposisikan diri sebagai sahabat, orang tua secara tidak langsung juga melatih diri untuk menjadi pendengar yang baik sekaligus teman diskusi yang menyenangkan bagi anak.

Ketika anak merasa dekat dengan orang tuanya, mereka akan secara alami lebih memilih untuk berbagi cerita dan mencari solusi kepada orang tua daripada kepada teman sebayanya yang mungkin belum tentu memahami persoalan secara utuh.

2. Saat Anak Berbuat Salah: Ganti Bentakan dengan Doa dan Kasih Sayang

Salah satu poin terpenting yang ditekankan oleh Prof. Quraish adalah bagaimana orang tua seharusnya menyikapi kesalahan yang dilakukan anak. Beliau menegaskan untuk tidak pernah membentak atau menghukum anak dengan amarah ketika mereka berbuat salah.

Sebaliknya, Prof. Quraish menyarankan orang tua untuk bersikap lembut, menasihati dengan baik, dan yang terpenting, mendoakan anak.

Beliau mencontohkan amalan yang sering dilakukan oleh orang tuanya dahulu. Ketika ia dan saudara-saudaranya berbuat khilaf, orang tuanya akan berdoa, "Allah yahdi" (semoga Allah memberimu petunjuk kepada jalan yang benar). Prof. Quraish percaya bahwa ketika rasa marah atau kecewa yang muncul di hati orang tua diganti dengan doa yang tulus, maka jalinan cinta antara orang tua dan anak tidak akan pernah terputus, demikian pula jalinan hubungan dengan Tuhan.

Doa ini menjadi penyeimbang emosi dan menunjukkan betapa kasih sayang orang tua jauh lebih besar daripada kekecewaan sesaat. "Kalau kamu merasa disakiti oleh perbuatan saya, sesungguhnya saya lebih sakit daripada kamu," begitu kata orang tuanya dahulu, menunjukkan betapa rasa sakit hati anak diimbangi oleh rasa sayang yang begitu mendalam dari orang tua.

Pondasi Kasih Sayang dalam Pengasuhan

Prinsip-prinsip pengasuhan ala Prof. Quraish Shihab ini mengajarkan kita untuk menjadi orang tua yang penuh pengertian, suportif, dan senantiasa membimbing anak dengan landasan kasih sayang, bukan dengan paksaan, amarah, atau penghakiman. Dengan menciptakan lingkungan yang aman dan penuh kepercayaan, anak tidak hanya akan tumbuh menjadi pribadi yang cerdas secara intelektual, tetapi juga matang secara emosional dan kokoh secara spiritual.