Muslimahdaily - Menambah jumlah kasus bunuh diri remaja, baru-baru ini Mahasiswa Universitas Indonesia (UI) ditemukan meninggal di kamar kos dalam kondisi tali terikat pada lehernya. Diduga alasannya karena nilai akademik yang rendah dan stres menyusun skripsi.
Dilansir dari BBC, bunuh diri merupakan penyebab kematian terbesar kedua di kalangan usia 15-29 tahun. Terdapat banyak faktor yang menyebabkan remaja memilih untuk bunuh diri, namun biasanya disebabkan karena bunuh diri dianggap satu-satunya cara untuk menyelesaikan masalah yang mereka alami. Sikap mental seperti ini merupakan salah satu indikasi dari rendahnya Adversity Quotient (AQ) pada seseorang.
Adversity quotient adalah kecerdasan yang dimiliki seseorang untuk mengatasi kesulitan dan sanggup untuk bertahan hidup. Stoltz, dalam bukunya Adversity Quotient, Mengubah Hambatan Menjadi Peluang, mengelompokkan individu berdasarkan sikapnya dalam menghadapi tantangan dalam hidup dan mengibaratkannya dengan mendaki gunung, Terdapat 3 macam pendaki,
Pertama, Tipe Quitter. Tipe ini adalah orang yang memilih keluar, menghindari kewajiban, mundur, dan berhenti. Gaya hidup tipe ini biasanya mereka memilih hal yang mudah-mudah, tidak suka tantangan, pemurung, pemarah, mudah frustasi, dan iri hati. Tipe inilah yang sering memilih bunuh diri sebagai pemecahan masalahnya.
Kedua, Tipe Campers. Orang yang bertipe ini mudah merasa puas atas apa yang dicapainya. Gaya hidup tipe ini biasanya semangat pada awalnya saja dan merasa puas ketika mecapai tahapan tertentu, kreativitasnya rendah dan sering menceritakan keberhasilan yang telah dicapai ketimbang menciptakan keberhasilan baru yang belum di raih
Ketiga, Tipe Climbers. Tipe ini adalah individu yang melakukan usaha sepanjang hidupnya. Gaya hidup tipe ini biasanya ingin selalu menjadi lebih baik, tak pernah puas dengan prestasi yang telah dihasilkan, terus berkarya dan berkarya, dan selalu berusaha meraih cita-cita walau tantangan banyak menghadang. Tipe inilah yang banyak dimiliki orang-orang sukses seperti Thomas Alfa Edison yang tak pernah menyerah walaupun sudah gagal ratusan kali dan deretan orang-orang sukses lainnya.
Remaja yang memiliki Adversity Quotient yang tinggi, atau bertipe climbers tentunya tidak akan memilih bunuh diri sebagai solusi dari masalah yang dihadapinya. Karena itu, sudah semestinya orangtua melatih anaknya untuk meningkatkan Advesity Quetient mereka dengan menanamkan mental tahan banting, kreativitas dan sikap untuk bisa bangkit dari kegagalan sebelumnya.