Muslimahdaily - Kita seringkali mengeluh tentang makanan yang itu-itu saja atau merasa kekurangan meski semua kebutuhan dasar terpenuhi. Di tengah kelimpahan ini, ada baiknya kita menengok sejenak ke dalam rumah tangga dan kehidupan manusia paling mulia, Rasulullah Muhammad Shalallahu alaihi wassalam, untuk menemukan kembali arti syukur dan kesederhanaan.
Kehidupan beliau bukanlah potret kemiskinan yang dipaksakan, melainkan pilihan zuhud sebuah sikap hati yang tidak terikat pada dunia meskipun dunia ada di genggamannya. Kisah-kisah berikut adalah jendela menuju kehidupan agung yang akan menggetarkan hati kita.
Tak Pernah Kenyang Karena Roti dan Daging
Bagi kita, roti dan daging mungkin adalah menu biasa. Namun, bagi Rasulullah Shalallahu alaihi wassalam dan keluarganya, bisa menyantapnya hingga kenyang adalah sebuah kemewahan yang jarang terjadi.
Abu Hurairah RA, salah satu sahabat yang dekat dengan kehidupan Nabi, pernah menceritakan kondisinya sendiri saat menahan lapar hingga nyaris pingsan di antara mimbar Rasulullah dan kamar Aisyah. Ia juga meriwayatkan bahwa Rasulullah Shalallahu alaihi wassalam tidak pernah memakan roti ataupun daging sampai kenyang, kecuali ketika dhafaf, yaitu ketika makan bersama orang banyak.
Ini bukanlah karena beliau tidak mampu. Sebagai pemimpin umat, beliau bisa saja meminta yang terbaik. Namun, beliau memilih untuk merasakan apa yang dirasakan oleh umatnya yang paling lemah, mengajarkan kita bahwa kenikmatan sejati bukanlah pada perut yang kenyang, melainkan pada hati yang senantiasa bersyukur.
Kesederhanaan ini adalah pilihan yang konsisten. Seorang sahabat bernama Malik bin Dinar menegaskan kembali bahwa
Rasulullah Shalallahu alaihi wassalam sama sekali tidak pernah memakan roti ataupun daging sampai kenyang.
Kehidupan beliau adalah bukti nyata bahwa kebahagiaan dan kemuliaan tidak diukur dari apa yang kita miliki atau apa yang kita makan.
Kehidupan Rasulullah Shalallahu alaihi wassalam adalah universitas kesabaran dan madrasah kezuhudan. Ia mengajarkan kita untuk melepaskan ketergantungan pada materi dan menemukan kekayaan sejati dalam ketaatan. Saat kita merasa lelah dengan tuntutan dunia, ingatlah dapur Nabi yang apinya jarang menyala. Semoga kisah ini melembutkan hati kita dan menumbuhkan rasa syukur yang tak terhingga atas setiap nikmat yang kita terima hari ini.