Muslimahdaily - Salah satu ibadah yang paling mudah dilakukan adalah berdzikir. Dzikir dapat dilakukan dengan hati atau dengan lisan. Amalan yang ringan ini justru paling berat timbangannya nanti di akhirat. Dengan berzikir, kita menghadirkan rasa takut, pasrah, dan cinta kepada Allah. Di samping itu, anjuran berdzikir sendiri telah disebutkan di banyak surat dalam Al Qur’an dan juga hadits.

Allah berfirman,

“Wahai orang-orang beriman, berdzikirlah (dengan menyebut nama) Allah, dzikir yang sebanyak-banyaknya.” (QS. Al Ahzaab: 41).

Lafadz dzikir sendiri bermacam-macam, begitu juga dengan keutamaannya. Salah satu lafadz yang cukup umum adalah lafadz Lā haula wa lā quwwata illā billāhil ‘aliyyil azhīmi atau yang sering disebut hauqolah.

Berikut lafadz hauqolah berikut latin dan terjemahannya.

لَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللهِ العَلِيِّ العَظِيْمِ

Lā haula wa lā quwwata illā billāhil ‘aliyyil azhīmi.

Artinya, “Tiada daya dan upaya kecuali dengan kekuatan Allah yang maha tinggi lagi maha agung.”

Syekh Imam Nawawi Al Batani dalam kitab Kasyifatus Saja menyebutkan sejumlah keutamaan dikir huqolah sebagai berikut:

1. Bentuk kepasrahan terhadap Allah

Lā haula wa lā quwwata illā billāhil ‘aliyyil azhīmi artinya tidak ada kemampuan menghindari maksiat kecuali dengan pertolongan Allah dan tidak ada kekuatan melakukan ketaatan kecuali dengan pertolongan-Nya. Hal ini sebagaimana yang didengar oleh Rasulullah dari Jibril.

“Disebutkan oleh Syaikhuna Yusuf as-Subbulawini. Lafadz ”العَلِيِّ” berarti Yang Maha Luhur Derajat-Nya, dan Yang Maha Suci dari segala sesuatu selain-Nya. Sementara lafadz “العَظِيْمِ“ berarti Yang Memiliki Keagungan dan Kesombongan, seperti yang dikatakan oleh as-Showi.”

Selanjutnya, Syekh Salim bin Suamir al-Hadromi mendatangkan lafadz hauqolah karena mengakui ketidakmampuannya akan menghindari maksiat dan melakukan ketaatan kecuali hanya dengan pertolongan Allah. Alasan ini merupakan bukti keikhlasan darinya Radhiyallahu ‘anhu.

Hal tersebut sebagaimana perkataan para ulama, “Absahkanlah amalmu dengan ikhlas dan absahkanlah keikhlasanmu dengan mengakui ketidakmampuanmu menghindari maksiat dan melakukan ketaatan kecuali dengan (pertolongan) Allah!”

2. Merupakan tanaman surga

Lebih lanjut, lafadz hauqolah merupakan tanaman-tanaman surga. Seperti yang diketahui dalam perjalanan Mi’raj Rasulullah, beliau bertemu dengan Nabi Ibrahim yang saat itu tengah duduk di atas sebuah pintu.

“Ketika Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam melihat Nabi Ibrahim ‘Alaihissalam yang tengah berada di samping pintu surga di atas kursi yang terbuat dari intan zubarjud hijau. Nabi Ibrahim berkata kepada Rasulullah, ‘Perintahkanlah umatmu untuk memperbanyak tanaman-tanaman surga karena tanah surga sangatlah subur dan luas!’ Rasulullah bertanya, ‘Apa tanaman-tanaman surga itu?’ Nabi Ibrahim menjawab, ‘Tanaman-tanaman surga adalah لَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللهِ العَلِيِّ العَظِيْمِ ‘.

3. Didoakan oleh seluruh makhluk di bumi saat dirundung kesulitan.

Keutamaan selanjutnya adalah didoakan oleh seluruh makhluk yang ada di bumi dan dalam lautan. Qulyubi dalam Syarah Al-Miroj mengatakan,

“Diriwayatkan dari Ibnu Abbas Radhiyallahu ‘anhuma bahwa ia berkata, ‘Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Barang siapa berjalan menuju orang yang menghutanginya dengan membawa hak pihak yang menghutanginya karena hendak membayar hutang kepadanya maka binatang-binatang di atas bumi dan ikan-ikan di lautan memintakan rahmat untuknya, dan ditanamkan baginya pohon di surga dengan setiap langkahnya, dan diampuni dosa darinya. Tidak ada orang yang berhutang yang menunda-nunda membayar kepada orang yang menghutanginya padahal ia mampu untuk membayar kecuali Allah menulis dosa untuknya di setiap waktu.”

4. Dilindungi dari kefakiran

Selanjutnya dalam kitab Fawaid asy-Syarji, bahwa Ibnu Abi Dun-ya berkata keutamaan kalimat hauqolah yang sanadnya sampai pada Rasulullah, bahwa beliau berkata,

“Barang siapa yang membaca laa hawala setiap hari 100 kali makai a tidak akan tertimpa kefakiran selamanya.”

Dalam Hasyiah ‘Ala al Mi’roj, Syaikhuna Yusuf menyebutkan sebuah hadits bahwa Allah dapat memudahkan hajat seseorang yang membaca lafadz hauqolah.

“Ketika seseorang memiliki hajat yang penting, dan ia membaca ‘laa’ sebanyak minimal 300 kali maka Allah memudahkan hajat itu.”

Sebagaimana lafadz dan doa-doa lain, hendaknya kita paham keutamaan dan makna dari dzikir yang kita ucapkan dari lisan maupun hati. Karena yang demikian dapat mendatangkan pahala.

Qulyubi menyebutkan bahwa para ulama Radhiyallahu ‘anhuma berkata, “Ketahuilah! Sesungguhnya seseorang tidak akan diberi pahala atas dzikirnya kecuali ketika ia mengatahui makna dzikirnya kecuali ketika ia mengatahui makna dzikirnya tersebut meskipun secara global. Berbeda dengan Al Qur’an, maka sesungguhnya orang yang membaca akan diberi pahala secara mutlak, baik mengetahuinya maknanya ataupun tidak.”

Wallahu ‘alam.