Muslimahdaily - Indonesia, bahkan dunia, dihebohkan dengan ledakan bom di tiga gereja di Surabaya, Ahad (13/5/2018) kemarin. Aksi terorisme tersebut pun serta merta dikaitkan dengan kelompok muslim tertentu. Lalu, bagaimana cara membuktikan bahwa Islam bukanlah agama teroris?

Sebelumnya, tiliklah sejarah terorisme yang mengguncang dunia Islam sejak era khalifah ketiga, Utsman bin ‘Affan. Saat itulah muncul kelompok-kelompok yang bersikap ekstrem namun mengatasnamakan diri sebagai muslim dan mengatasnamakan aksinya sebagai jihad.

Mereka lah dibalik pembunuhan keji Khalifah Utsman sang dzunurain. Pun aksi ini terulang kembali ketika mereka membunuh khalifah ke empat, Ali bin Abi Thalib. Sejarah terus mencatat aksi brutal mereka yang terus menerus terjadi hanya karena mereka bermudah-mudahan mengkafirkan orang lain. Jangankan non muslim, para shahabat nabi yang dijamin masuk surga pun dianggap kafir oleh kelompok tersebut!

Siapakah mereka? Rasulullah sebetulnya sudah mengetahui tanda-tanda kejahilan kelompok teror tersebut sejak beliau masih hidup. Itu terjadi ketika Rasulullah tengah membagi ghanimah pasca perang. Saat itu, muncul seorang bernama Dhul Khuwaysirah At Tamimiy. Dengan kasar At Tamimy berkata pada sang utusan Allah, “Berlakulah adil wahai rasulullah!”

Kagetlah semua orang yang mendengarnya. Semua muslimin tahu betul bahwa Rasulullah adalah manusia yang paling adil dan bijaksana. Bagaimana mungkin ada seorang yang berani melawan manusia mulia dan menuduh beliau tanpa sopan santun.

Rasulullah pun bersabda, “Celakalah kamu, siapakah yang akan menegakkan keadilan sekiranya aku tidak melakukannya?” At Tamimiy pun kemudian berlalu begitu saja. Umar bin Khaththab geram melihat kelakuan At Tamimy. Ia pun berkata kepada nabiyullah, tepatnya meminta izin untuk menghukum mati pria lancang tersebut.

“Wahai Rasulullah, adakah Anda membenarkanku untuk memancung lehernya?” tanya Umar.

Namun Rasulullah melarangnya karena mempertimbangkan mudharat yang akan diakibatkan jika Umar membunuhnya. Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam pun bersabda,

“Biarkanlah dia karena suatu hari nanti dia akan mempunyai pengikut yang akan mencela shalat kamu semua dengan membandingkan dengan shalat mereka, mereka juga mencerca puasa kamu dibandingkan dengan puasa mereka, mereka keluar dari agama (Islam) seperti anak panah yang keluar daripada busurnya.” (HR. Al Bukhari, Muslim, dan Abu Daud).

At Tamimy lah sang pelopor atau cikal bakal munculnya para teroris. Dari dialah kemudian tersebar pemahaman menyimpang yang gemar melakukan aksi teror karena keliru memahami makna jihad. Ulama menyebut kelompok tersebut dengan nama Khawarij. Mereka diidentifikasi sebagai kelompok keras yang mudah menumpahkan darah dan mengkafirkan orang.

Jangan tertipu penampilan dan ibadah para teroris khawarij. Sebagaimana yang disabdakan Rasulullah, “pengikut yang akan mencela shalat kamu semua dengan membandingkan dengan shalat mereka”. Maksudnya ialah betapa bagus ibadah yang mereka lakukan. Ibadah para shahabat bahkan kalah bagusnya dengan ibadah mereka. Mereka sangat giat beribadah, berpenampilan sangat islami, namun ternyata, Rasulullah menyebut mereka keluar dari Islam seperti anak panah yang keluar daripada busurnya, sangat cepat!

Rasulullah telah memperingatkan kemunculan teroris khawarij melalui berbagai sabda beliau. Nabiyullah pernah bersabda, “Akan keluar di akhir zaman suatu kaum yang muda-muda umurnya, pendek akalnya. Mereka mengatakan ucapan sebaik-baik manusia. Mereka membaca Al Qur'an, tapi tidak melewati kerongkongan mereka. Mereka melesat (keluar) dari (batas-batas) agama seperti melesatnya anak panah menembus binatang buruannya.” (HR. Al Bukhari dan Muslim). Dalam riwayat Muslim disebutkan, “Mereka adalah sejahat-jahat makhluk.”

Hadits lain, Rasulullah bersabda, “Mereka adalah anjing-anjing penghuni neraka. Sebaik-baik korban adalah orang yang mereka bunuh.” (HR. Ahmad dan Al-Hakim).

Antara Jihad dan Melindungi Orang Kafir

Para teroris Khawarij begitu mudah mengkafirkan orang. Menyikapi orang-orang yang dianggap kafir tersebut, mereka pun memerangi dan membunuhnya. Aksi inilah yang dianggap mereka sebagai jihad. Padahal makna jihad sangat jauh dari pemahaman mereka.

Ahli fiqih dari berbagai mazhab sepakat bahwa jihad secara istilah adalah “Muslim memerangi kafir yang tidak dalam perjanjian damai setelah didakwahi dan diajak kepada Islam, guna meninggikan kalimat Allah.”

Betapa jauh yang teroris lakukan dengan makna jihad di atas. Sebaliknya, yang mereka lakukan justru bukan jihad melainkan irhab yang berarti menakuti orang lain atau aksi terorisme. Mereka pun tak memahami pembagian kafir yang sangat terang dijelaskan dalam Islam.

Secara singkat, terdapat empat jenis kafir dalam sudut pandang Islam. Pertama yaitu Kafir Dzimmi ialah kafir yang membayar jizyah tiap tahun sebagai izin tinggal mereka di negeri muslimin. Kafir ini sangat dilarang untuk dibunuh. Kedua yakni Kafir Mu'ahad, yaitu orang-orang kafir yang menjalin kesepakatan atau perjanjian dengan umat Islam untuk tidak berperang. Selama kesepakatan dibuat, mereka pun haram diperangi.

Jenis kafir ketiga yaitu Kafir Musta'man, yakni orang kafir yang mendapat jaminan keamanan dari muslimin atau sebagian muslimin. Jenis ini pun tak boleh diperangi selama mereka berada di dalam jaminan keamanan. Lalu jenis yang terakhir yakni Kafir Harby. Inilah jenis yang boleh diperangi karena mereka kafir harby merupakan orang-orang kafir yang memerangi muslimin. Namun dalam memerangi Harby pun, terdapat banyak aturan Islam yang harus dipenuhi. Tidak kemudian serta merta orang tertentu atau kelompok tertentu mendapat legitimasi untuk memerangi mereka.

Jelaslah bagaimana Islam memandang jihad dan bagaimana menyikapi orang kafir. Syariat ini jelas mengutuk keras perbuatan terorisme. Rasulullah datang sebagai rahmatan lil alamin. Islam pun hadir sebagai agama damai yang menyeru kepada kedamaian. Karena itulah, lembaga fikih internasional Al Majma Al Fiqh Al islamy pun mengeluarkan fatwa larangan terorisme. Demikian pula seluruh ulama agama ini sangat melarang aksi teror yang keji.

Kata Ulama tentang Bom Surabaya

Terkait bom Surabaya, para ulama pun telah menyampaikan bagaimana agama ini menentang dengan keras aksi tersebut. Pengeboman yang merenggut belasan nyawa tersebut bertentangan dengan ajaran Islam. Meski pelakunya mengaku dan berpenampilan Islam, namun sejatinya mereka telah keluar dari agama cinta damai ini.

Menteri Agama, Lukman Hakim Saifuddin menuturkan, “Pelaku aksi bom itu adalah orang-orang yang tidak memegangi nilai-nilai agama karena tidak ada agama manapun yang ajarkan aksi terorisme,” ujarnya dikutip dari detik.

Dilansir media yang sama, Anggota Dewan Pembina Gerakan Nasional Pengawal Fatwa Ulama (GNPF-Ulama) Ustadz Bachtiar Nasir pun mengutuk aksi terorisme yang menelan banyak korban jiwa dan korban luka-luka. “Aktor, Pelaku, Perencana dan Pendana pemboman Gereja di Surabaya, Anda tidak akan dapat bersembunyi apalagi lari dari pandangan dan kutukan Tuhan, Allah Yang Maha Melihat dan Maha Kuasa untuk membalas kalian.”

Sebagaimana dikabarkan banyak media nasional maupun internasional, tiga gereja di Surabaya menjadi sasaran bom pada Ahad (13/5/2018) pagi. Pelaku diidentifikasi sebagai anggota keluarga, yakni ayah, ibu, dan empat anaknya. Hingga kemarin malam, tercatat 13 korban tewas dan 43 orang luka-luka. Tak hanya tiga gereja tersebut, di hari yang sama, sebuah bom lain juga meledak di Rusunawa Wonocolo, Taman, Sidoarjo.