Muslimahdaily - Memasuki kompleks tempat ibadah Puja Mandala, teringat kompleks yang sama seperti di Taman Mini Indonesia Indah. Penggambaran lima agama resmi di negeri ini, yang hidup berdampingan lagi harmonis. Bedanya, simbol kerukunan ini ternyata tak hanya ditemui sebagai ikon saja di tempat wisata Jakarta TMII, melainkan benar-benar nyata di Nusa Dua, Bali.

Ada lima bangunan yang amat sangat berbeda di sana, namun memiliki fungsi serupa, yakni menyembah Tuhan. Kelimanya mewakili lima agama yang diakui Indonesia dalam Pancasila dan undang-undang dasar, yakni Islam, Protestan, Katolik, Hindu dan Budha. Maka di Puja Mandala lah lima agama ini berdampingan dengan ditandai lima tempat suci ibadah; Masjid Ibnu Batutah, Gereja Katolik Bunda Maria Segala Bangsa, Gereja Kristen Protestan Bukit Doa, Wihara Budhina Guna dan Pura Jagat Nata. 

Kelimanya berdiri berdampingan dan berdekatan satu sama lain. Jangan heran jika adzan berkumandang bersamaan dengan bunyi lonceng gereja. Jangan heran pula jika melihat seorang bersarung dan berkopyah berbincang dengan seorang berjubah kuning. Mereka, para penganut kelima agama, saling menghargai dan saling toleransi. Tak pernah sekalipun sejarah mencatat ada pertikaian SARA di Puja Mandala. Salut.

Puja Mandala yang bermakna tempat pemujaan itu dibangun sejak tahun 1996. Menurut laman resmi Bali Tourism Development Corporation (BTDC), pembangunan kompleks tempat ibadah seluas 2,5 hektare tersebut bermula dari kebutuhan masyarakat setempat dan wisatawan akan masjid. Ya, awalnya hanya masjid yang direncanakan pembangunannya di Nusa Dua. 

Saat itu di kawasan wisata internasional tersebut hanya ada sebuah mushola milik BTDC yang bukan lain adalah perusahaan BUMN yang mengelola pariwisata Bali. Ide pembangunan masjid bermula ketika Hotel Nusa Dua Beach dibeli oleh Sultan Bolkiah. Sebuah masjid pun direncanakan akan dibangun di dalam hotel.

Rencana tersebut berubah ketika Dirjen Pariwisata kala itu, Joop Ave, mendengarnya. Ia meminta agar tempat ibadah yang dibangun bukan hanya masjid, melainkan juga gereja katolik, gereja protestan, wihara dan pura. Gayung bersambut, BTDC memiliki lahan kosong di Nusa Dua seluas 2,5 hektare. Maka diputuskanlah pembangunan lima tempat ibadah dengan pembagian lahan masing-masing setengah hektare. 

Rencana ini pula disambut hangat oleh seluruh umat beragama. Buktinya, masing-masing umat bersedia membiayai sendiri pembangunan tempat ibadah. Tak ada bantuan dana pemerintah kecuali BTDC yang membangun taman dan tempat parkir sebagai pelengkapnya. Saat peresmian Puja Mandala pula, yang hadir bukan menteri pariwisata melainkan menteri agama yang saat itu dijabat oleh Tarmizi Taher. Saat peresmian belum ada lima bangunan lengkap seperti sekarang. Saat itu baru ada tiga tempat ibadah yakni Masjid, gereja Katholik dan Gereja Protestan. Adapun Wihara dan Pura baru dibangun pada tahun 2000an.

Hingga kini, Puja Mandala dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar sekaligus wisatawan. Tak hanya sebagai tempat pemujaan, beragam aktivitas beragama juga aktif digelar. Masing-masing pemimpin umat beragama bersatu dan berkumpul untuk mengatur Puja Mandala. “Tempat tersebut diharapkan menjadi obyek wisata religius dan spiritual dengan lingkungan yang ditata agar tidak bernuansa komersial.  Diatur oleh masing-masing pimpinan umat di mana BTDC ikut sebagai  pengarah maupun penasihat,” dikutip dari laman BTDC.

Adapun secara arsitektur, Puja Mandala sangat layak menjadi tempat wisata selain tempat ibadah tentunya. Bangunan Masjid Ibnu Batutah memiliki atap berundak layaknya masjid khas Jawa. Beberapa anak tangga harus dilalui untuk masuk ke dalamnya. Masjid ini pula bukanlah masjid biasa, melainkan berfungsi sebagai masjid agung dan dilengkapi dengan Raudhatul Athfal atau TK. Anak-anak muslim terbiasa belajar dan bermain di sana sembari memaknai arti toleransi dari Puja Mandala. 

Adapun tepat ibadah lain, juga tak kalah menarik gaya arsitekturnya. Persis di samping Masjid Ibnu Batutah adalah Gereja Katolik Bunda Maria Segala Bangsa. Ada sebuah menara yang sangat menonjol dari bangunan gereja paroki tersebut. Wihara Budhina Guna pula nampak megah dengan dominasi warna putih dan emas. Ada beberapa patung penghias disana, yakni ksatria, naga dan gajah serta dilengkapi dengan relief Budha. Wihara ini baru selesai dibangun pada tahun 2003.

Bersebelahan dengan Wihara yakni Gereja Kristen Protestan Bukit Doa. Gaya arsitektur gereja ini masih sangat tradisional, sebagaimana Masjid Ibnu Batutah dan Gereja Katholik. Satu lagi, Pura Jagat Natha merupakan bangunan yang paling terakhir didirikan. Bangunan utama pura berbentuk layaknya candi lengkap dengan beberapa arca. Keindahan lima tempat ibadah tersebut dilengkapi pemandangan taman yang asri serta difasilitasi parkir yang cukup luas. 

Dengan adanya Puja Mandala, keharmonisan antar umat beragama di tanah air diharapkan dapat terus asri. Puja Mandala tak sekedar sebagai simbol melainkan sebagai bukti nyata bahwa toleransi itu masih ada di negara dengan jumlah muslim terbanyak di dunia, Indonesia.