Muslimahdaily - Di tengah hiruk pikuk kehidupan modern yang menuntut kita untuk terus berlari, sebuah filosofi bernama slow living hadir sebagai penawar. Gerakan ini mengajak kita untuk melambat, bernapas lebih dalam, dan menemukan makna sejati dalam kesederhanaan. Namun, tahukah Anda, jauh sebelum slow living menjadi tren global, seni hidup penuh kesadaran ini telah dicontohkan secara paripurna oleh manusia terbaik sepanjang masa: Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa Sallam.
Bayangkan sejenak kehidupan Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wasallam. Beliau adalah seorang pemimpin negara, panglima perang tertinggi, seorang ayah, suami yang penuh kasih, guru bagi umat manusia, sekaligus kepala rumah tangga. Beban dan tanggung jawab yang beliau emban sungguh luar biasa. Namun, dalam segala kesibukannya, beliau tidak pernah kehilangan ketenangan. Salatnya selalu khusyuk, dan beliau selalu memiliki waktu untuk berinteraksi dengan sesama, bahkan untuk sekadar mendengarkan keluh kesah seorang anak kecil.
Inilah bentuk slow living yang paling autentik. Beliau tidak terjebak dalam perlombaan mengejar kemewahan dunia. Hidupnya sangatlah sederhana, bahkan seringkali dalam kondisi kekurangan dari segi materi. Akan tetapi, kesederhanaan ini justru menjadikannya kaya raya dalam makna, kebahagiaan sejati, dan keberkahan yang tak terhingga.
5 Pelajaran Slow Living dari Teladan Rasulullah
Lalu, apa saja pelajaran slow living yang bisa kita petik dan terapkan dari kehidupan Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam?
1. Prioritas yang Jelas: Allah Pertama, Dunia Mengikuti
Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wasallam selalu mendahulukan ketaatan dan hubungan dengan Allah Subhanahu wa ta'ala di atas segalanya. Beliau menjalani hidup sesuai dengan tujuan utama penciptaan manusia, sebagaimana firman Allah:
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ
Artinya: "Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku." (QS. Adz-Dzariyat: 56)
Semua aktivitas beliau diselaraskan dengan tujuan meraih ridha Allah. Inilah inti dari slow living: menentukan prioritas yang benar dalam hidup dan tidak membiarkan kesibukan dunia mengikis makna spiritual.
2. Menghargai Setiap Momen Kecil yang Berharga
Meskipun mengemban tanggung jawab yang besar, Nabi Shallallahu alaihi wasallam adalah sosok yang paling pandai menikmati dan menghargai momen-momen kecil. Beliau selalu hadir secara utuh dalam setiap interaksi. Beliau menebarkan senyuman yang menjadi sedekah, sebagaimana sabdanya:
تَبَسُّمُكَ فِي وَجْهِ أَخِيكَ لَكَ صَدَقَةٌ...
Artinya: "...Senyummu di hadapan saudaramu adalah sedekah bagimu." (HR. Tirmidzi).
Beliau menyempatkan waktu untuk bercengkerama dengan istri-istrinya dan bermain dengan cucu-cucunya. Ini adalah ciri khas slow living, yaitu ketika kualitas interaksi dan kehadiran penuh (mindfulness) di setiap momen jauh lebih dihargai daripada sekadar kuantitas aktivitas.
3. Kesederhanaan yang Membahagiakan
Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam tidak terikat pada harta benda. Beliau mengajarkan bahwa kebahagiaan sejati bersumber dari hati yang lapang, bukan dari tumpukan materi. Beliau bersabda:
لَيْسَ الْغِنَى عَنْ كَثْرَةِ الْعَرَضِ، وَلَكِنَّ الْغِنَى غِنَى النَّفْسِ...
Artinya: "...Kekayaan itu bukanlah tentang banyaknya harta benda, tetapi kekayaan yang hakiki adalah kekayaan jiwa (rasa cukup)..." (HR. Bukhari & Muslim).
Pakaian yang sederhana namun bersih, makanan yang secukupnya, dan tempat tinggal yang apa adanya menjadi bukti bahwa kebahagiaan tidak bergantung pada kemewahan, melainkan pada kekayaan dan kelapangan hati.
4. Menghargai Hak Tubuh untuk Beristirahat
Meskipun beliau adalah ahli ibadah yang rutin bangun di sepertiga malam terakhir untuk salat tahajud, Nabi Shallallahu alaihi wasallam juga sangat memahami pentingnya istirahat yang cukup. Beliau mengajarkan tentang keseimbangan, bahwa setiap bagian dari diri kita memiliki haknya masing-masing, termasuk tubuh. Beliau pernah menasihati salah seorang sahabatnya:
...إِنَّ لِجَسَدِكَ عَلَيْكَ حَقًّا، وَإِنَّ لِعَيْنِكَ عَلَيْكَ حَقًّا...
Artinya: "Sesungguhnya jasadmu memiliki hak atasmu, dan sesungguhnya matamu memiliki hak atasmu..." (HR. Bukhari).
Ini adalah bagian krusial dari menjaga kesehatan fisik dan mental, sebuah esensi dari slow living yang sangat menghargai kesejahteraan diri sebagai amanah dari Allah.
5. Kepedulian yang Melampaui Diri Sendiri
Slow living ala Nabi tidak berarti menjadi egois dan hanya fokus pada ketenangan diri. Justru sebaliknya, ketenangan batinnya terpancar menjadi rahmat bagi sekelilingnya, sesuai dengan firman Allah yang mengutusnya:
وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا رَحْمَةً لِلْعَالَمِينَ
Artinya: "Dan tiadalah Kami mengutus kamu (Muhammad), melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam." (QS. Al-Anbiya: 107).
Beliau sangat peduli terhadap lingkungan dengan menganjurkan umatnya menanam pohon yang bernilai sedekah, melarang keras pemborosan air, serta selalu menunjukkan empati yang mendalam kepada kaum yang lemah dan membutuhkan.
Menemukan Ketenangan di Zaman yang Terburu-buru
Di zaman yang serba tergesa-gesa ini, meneladani gaya hidup slow living ala Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wasallam adalah sebuah tindakan yang bisa jadi terasa radikal dan revolusioner. Ini bukan berarti kita harus meninggalkan dunia dan menjadi pasif. Sebaliknya, ini adalah sebuah ajakan untuk menjalani dunia dengan kesadaran penuh, memprioritaskan apa yang abadi di atas yang fana, dan menemukan ketenangan sejati di tengah laju kehidupan yang kian cepat.
Meneladani slow living ala Nabi bukan berarti menjadi lamban, melainkan menjadi proaktif dalam memilih apa yang benar-benar penting. Inilah jalan menuju kebahagiaan hakiki yang tidak akan pernah lekang oleh waktu.