×

Peringatan

JUser: :_load: Tidak dapat memuat pengguna denga ID: 12351

Mukjizat Rasulullah dan Kisah Pohon yang Berjalan

Ilustrasi Ilustrasi

Muslimahdaily - Suatu hari Rasulullah bertemu dengan seorang Arab Badui. Beliau segera mengambil kesempatan untuk mendakwahinya. Nabiyullah pun memanggil si pria Badui dan berkata,

“Wahai orang Badui, engkau hendak ke mana?” sapa nabi.

“Pulang ke rumah,” ujarnya singkat.

Rasulullah kemudian bertanya lagi, “Apakah kau ingin kebaikan?”

Pria Badui itu pun penasaran, “Kebaikan apa?”

Nabiyullah lalu berkata, “Engkau bersaksi bahwa tidak ada tuhan yang berhak diibadahi selain Allah, dan bersaksi bahwa aku adalah utusan-Nya.”

Arab Badui itu pun tak lekas bersyahadat. Ia tak mudah percaya meski yang diajak bicara adalah Al Amin. Ia lantas menanyakan sebuah bukti ataupun saksi.

“Siapa yang menjadi saksi atas apa yang kau katakan itu?” tanyanya.

“Pohon ini,” Rasulullah menunjuk sebuah pohon, ada yang berpendapat bahwa itu adalah pohon kurma. Pohon itu berdiri tegak di atas akarnya, di tepi sebuah lembah.

Begitu Rasulullah menunjuknya, pohon itu tiba-tiba bergerak. Dengan ajaib, pohon kurma itu berjalan menuju Rasulullah kemudian berhenti tepat di hadapan nabiyullah. Pohon itu pun kemudian merunduk di hadapan sang kekasih.

Rasulullah lalu meminta pohon tersebut untuk bersaksi tiga kali sebagaimana sabda beliau. Yakni bersaksi bahwa tidak ada Tuhan yang berhak diibadahi selain Allah, dan Muhammad adalah Rasulullah. Pohon itu pun melakukannya. Ia bersyahadat tiga kali.

Setelah itu, Rasulullah menyuruh pohon itu kembali ke tempatnya. Ia menuruti dan berjalan kembali ke tepian lembah. Arab Badui yang menyaksikan begitu terkejut. Ia menyaksikan keajaiban mukjizat Rasulullah dengan mata kepalanya. Pria Badui itu pun kemudian bersyahadat di hadapan nabi, saat itu juga.

Kisah tersebut diketahui dari beberapa hadits. Salah satunya hadits dari Ibnu Abbas dan diriwayatkan oleh At Tirmidzi.

Mukjizat Rasulullah

Persaksian sebuah pohon kurma hanyalah salah satu mukjizat yang dianugerahkan kepada Nabi Muhammad. Rasulullah memiliki mukjizat yang lebih besar dan lebih banyak. Bahkan mukjizat nabiyullah menandingi mukjizat-mukjizat para nabi sebelum beliau.

Sebagian ulama berpendapat bahwa mukjizat Rasulullah mencapai jumlah 3 ribu. Angka tersebut belum termasuk mukjizat Al Qur’an yang di dalamnya terdapat 60 atau 70 ribu mukjizat. Belum termasuk pula setiap perilaku, ucapan, dan sirah Rasulullah yang sejatinya menyimpan keajaiban dan kebenaran akan dakwah Islam.

Hal ini sebagaimana ucapan Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah. Ia berkata, “Ayat-ayat dan petunjuk yang menunjukkan kenabian Nabi kita Muhammad sangatlah banyak dan beragam, lebih banyak dan lebih agung daripada ayat-ayat nabi sebelum beliau. Perjalanan hidup Rasulullah sesungguhnya termasuk tanda kenabian. Demikian pula akhlak, sabda, perbuatan, syariat, umatnya, dan karamah-karamah orang-orang saleh dari umat beliau, semua itu termasuk ayat (tanda kenabian) beliau Shallallahu ‘alaihi wasallam.”

Senada, Al Qadhi Iyadh pun menuturkan bahwasanya Nabi Muhammad merupakan nabi yang paling banyak mukjizatnya. Karena jumlahnya yang sangat banyak itu, sampai-sampai tak ada yang mampu menghitungnya. Al Qadhi berkata,

“Beliau adalah rasul yang paling banyak membawa mukjizat, paling menakjubkan tanda (kerasulannya), dan paling tampak bukti (kerasulannya)... Tidak ada tulisan yang mengumpulkan semua mukjizat beliau yang sangat banyak itu. Bahkan, satu saja dari mukjizat beliau, yaitu Al Qur’an, tidak ada yang bisa menyebutkan jumlah mukjizat yang terkandung (di dalamnya) dengan angka seribu, dua ribu, atau lebih.”

Masya Allah, betapa menakjubkan pengutusan Muhammad sebagai nabi dan Rasul. Maka sungguh buta orang-orang yang enggan beriman kepada beliau. Mengingat telah terang pada diri beliau sederet mukjizat yang tak terhitung jumlahnya.

Bahkan sebatang pohon pun mengaku beriman kepada nabi, sebagaimana kisah di atas. Jika pohon yang tak dianugerahi akal saja bisa memahami dan meyakini kerasulan Muhammad, bagaimana mungkin manusia yang berakal tak bisa mengimaninya?.

Sumber: Majalah Asy Syariah Edisi 093.

Last modified on Kamis, 08 November 2018 04:55

Leave a Comment