Nabi Musa, Khidir dan Kisah Anak Durhaka

Ilustrasi Ilustrasi

Muslimahdaily - Kisah perjalanan Nabi Musa dan Khidir sangat terkenal dan sering kali dilisankan para da’i. Kisah penuh hikmah itu tercantum dalam Al Qur’an Al Karim agar menjadi pelajaran bagi umat hingga akhir zaman.

Di antara hikmah kisah tersebut, terdapat satu pelajaran berharga yang tak boleh luput diasingkan. Yakni kisah anak durhaka dan bagaimana Khidir mendapat ilham tentangnya.

Singkat cerita dipetik dari perjalanan Nabi Musa dan Khidir. Di tengah perjalanan mereka, ketika keduanya telah berlabuh dari sebuah kapal, nampak berkerumun para pemuda yang sedang bermain.

Khidir lalu menarik salah satu dari mereka. Nabi Musa yang melihatnya tentulah dibuat bingung. Belum lagi aksi yang dilakukan Khidir, yakni membunuh pemuda tersebut.

Nabi Musa pun segera berkata, “Mengapa kamu membunuh jiwa yang bersih, bukan karena dia membunuh orang lain? Sesungguhnya kamu telah melakukan sesuatu yang mungkar.”

Khidhir menjawab, “Bukankah sudah aku katakan kepadamu bahwa sesungguhnya kamu tidak akan dapat sabar bersamaku?”

Sebelum perjalanan bermula, Khidir memang telah memperingatkan Nabi Musa ketika sang kalimatullah ingin mengembara bersama Khidir demi menuntut ilmu. Khidir berkata kepada Nabi Musa,

“Sesungguhnya kamu sekali-kali tidak akan sanggup sabar bersama aku. Bagaimana kamu dapat sabar atas sesuatu, yang kamu belum mempunyai pengetahuan yang cukup tentang hal itu?”

Namun di awal perjalanan pula, Musa berkata, “Insya Allah kamu akan mendapati aku sebagai orang yang sabar, dan aku tidak akan menentangmu dalam sesuatu urusan pun.”

Namun ternyata Nabi Musa tak sabar untuk diam ketika melihat sesuatu yang menurutnya sebuah kemungkaran. Padahal tidaklah perbuatan yang dilakukan Khidir melainkan ilham dari Allah.

Pun saat membunuh seorang anak. Khidir bukan melakukannya atas dasar kejahatan. Khidir menjelaskan maksud perbuatannya tersebut di akhir perjalanannya dengan Nabi Musa. Beliau menjelaskan,

“Anak muda itu, kedua orang tuanya adalah orang-orang mukmin, dan kami khawatir bahwa dia akan mendorong kedua orang tuanya itu kepada kesesatan dan kekafiran. Dan kami menghendaki, supaya Tuhan mereka mengganti bagi mereka dengan anak lain yang lebih baik kesuciannya dari anaknya itu dan lebih dalam kasih sayangnya (kepada ibu bapaknya).”

Alasan inilah yang tak diketahui Nabi Musa hingga menganggapnya sebagai kemungkaran. Padahal yang dilakukan Khidir adalah atas perintah Allah Ta’ala. Dari kisah tersebut pun dapat dipetik pelajaran, tentang bagaimana Allah menjaga orang tua yang saleh dan menghalangi kejahatan seorang anak durhaka, serta bagaimana kejahatan durhaka kepada orang tua dianggap lebih berat dari kejahatan membunuh.

Anak Durhaka yang Menyesatkan Orang Tua

Membunuh merupakan dosa besar di dalam Islam. Yang dilakukan Khidir jelas sebuah kejahatan. Namun ternyata perbuatannya sesuai dengan kaidah dalam syariat Islam tentang bolehnya mencegah mafsadah (kerusakan, kemungkaran atau kejahatan) yang besar dengan melakukan mafsadah yang lebih ringan. Aksi Khidir membunuh seorang pemuda dianggap memiliki mafsadah yang lebih ringan ketimbang perilaku pemuda tersebut terhadap orang tuanya.

Mengapa bisa demikian? Pasalnya, si pemuda tersebut berbuat buruk kepada orang tuanya dan dapat menyesatkan keduanya. Jika dibiarkan tumbuh besar, maka ia akan membahayakan agama ayah ibunya. Si pemuda kafir dapat menjadi musibah besar bagi orang tuanya dan mengajak keduanya kepada kekafiran.

Karena itulah, ketika Khidir mendapat ilham dari Allah tentang keadaan pemuda tersebut, ia mengambil keputusan untuk membunuh si pemuda. Sebagai gantinya, Khidir berdoa kepada Allah agar mengganti pemuda tersebut dengan anak yang saleh lagi berbakti kepada kedua orang tuanya. Sungguh Allah maha kuasa untuk mengabulkannya.

Kisah tentang Khidir, Nabi Musa, dan pemuda durhaka terdapat dalam Surah Al Kahfi. Sungguh pelajaran yang sangat berharga bagi muslimin. Kita berlindung kepada Allah dari sikap durhaka kepada orang tua, berlindung dari perilaku maksiat yang menyebabkan kekafiran keduanya, dan memohon kepada Ar Rahim agar selalu diberi petunjuk kepada Sirath Al Mustaqim.

Leave a Comment