Peduli Tunarungu, Akar Tuli Malang Ajak Masyarakat Melek Bahasa Isyarat

Komunitas Akar Tuli Malang Komunitas Akar Tuli Malang

Muslimahdaily – Setiap manusia memiliki keunikan masing-masing. Begitu pula mereka yang memiliki keterbatasan fisik maupun mental. Namun, kerapkali terjadi diskriminasi terhadap kaum minoritas tersebut. Perlakuan kurang adil itu juga masih belum mendapat tempat di ruang-ruang publik. Bahkan, untuk beberapa hal pemerintah juga belum sepenuhnya mendukung. 

Hal itu juga dirasakan oleh kaum penyandang tunarungu. Masyarakat masih menganggap mereka ‘berbeda’ dengan masyarakat hearing (dengar). Sehingga, menjadikan penyandang tunarungu dianggap anti-sosial atau tidak ingin bergaul. Atas dasar itu, beberapa pemuda penyandang tunarungu di kota Malang membentuk komunitas Akar Tuli Malang.

Akar Tuli sendiri merupakan kepanjangan dari Aksi Arek Tuli Malang. Komunitas tersebut dibentuk oleh seorang mahasiswa penyandang tunarungu bernama Fikri Muhandis. Mahasiswa Universitas Brawijaya itu menyadari masih adanya perlakuan yang berbeda kepada teman-teman sesama tunarungu. 

Mereka menganggap pemuda tuli tidak bisa apa-apa. Padahal, menurutnya kendala hanya ada pada masalah komunikasi. Sebab, sebagian besar masyarakat belum mengenal dan mengetahui bahasa isyarat. 

Melihat fenomena tersebut, Fikri pun menggandeng teman-temannya dan mengumpulkan sesama mereka untuk membentuk komunitas. Tepat pada Sepetember 2013 komunitas Akar Tuli Malang terbentuk. Sambutan pun datang dari berbagai latar belakang. Mulai dari pelajar, mahasiswa, guru bahkan masyarakat biasa juga turut serta dalam komunitas tersebut. 

“Semua boleh bergabung dalam komunitas ini. Termasuk masyarakat dengar. Biasanya mereka menjadi volunteer kami untuk menerjemahkan bahasa isyarat,” terang Yoga Dirgantara sebagai wakil ketua saat diwawancara melalui surat elektronik. 

Komunitas Akar Tuli merupakan wadah bagi penyandang tunarungu untuk saling berbagi serta belajar bahasa isyarat. Yoga menuturkan, masih banyak penyandang tunarungu yang sebenarnya tidak bisa bahasa isyarat. Sehingga, menyulitkan mereka dalam berkomunikasi. Bahkan, beberapa orangtua merasa malu jika memiliki anak tunarungu. Tak jarang mereka malah menyembunyikan anak mereka dari publik yang membuat semakin tidak percaya diri. 

“Di komunitas ini teman-teman diajak untuk mengembangkan diri mereka. Jika mereka memiliki kemampuan yang unik kami saling belajar di sini, sehingga membentuk kepribadian yang positif,” tutur Yoga. 

Selain itu, keberadaan Akar Tuli Malang juga untuk menyadarkan masyarakat akan ketulian dan bahasa isyarat. “Kami memberikan pelatihan bahasa isyarat bagi penyandang tuli dan juga volunteer. Sehingga memudahkan dalam berkomunikasi,” katanya. 

Akar Tuli Malang Ajak Masyarakat Melek Bahasa Isyarat

Relawan yang bergabung dalam komunitas Akar Tuli juga saling membantu penyandang tuli tersebut dalam hal menulis bahasa Indonesia yang baik dan benar. Sebab, masih ada beberapa yang menulis dengan terbolak-balik. “Jadi kita saling bantu, sehingga seimbang,” ujar Yoga. 

Di komunitas ini penyandang tunarungu juga bisa mengembangkan kemampuan atau bakat mereka. Sebab, salah satu kegiatan mereka juga kerap mengadakan perform art. Misalnya, dengan menggelar pentas teater atau aksi di hadapan publik. Kegiatan itu berlangsung saat akhir pekan di car free day (CFD). 

“Salah satunya saat peringatan hari tuli sedunia pada 29 September lalu. Kami melakukan aksi mengingatkan masyarakat dan pemerintah bahwa penyandang tunarungu memiliki hak yang sama,” tuturnya. 

Semenjak terbentuk komunitas ini, menurut Yoga masyarakat semakin mulai sadar bahwa penyandang tunarungu juga memilki hak yang sama untuk didengar. Saat ini tercatat sudah ada 60 anggota aktif yang bergabung dalam komunitas Akar Tuli Malang. Mulai dari usia muda hingga tua. 

“Kami terus memberikan pelatihan bahasa isyarat bagi yang tuli maupun mereka masyarakat dengar. Agar bisa menjadi bahasa ibu kami sebagai penyandang tuli,” jelasnya.

Dengan komunitas tersebut, Yoga berharap penyandang tuli tidak lagi minder bergaul dengan masyarakat dengar. “Harus berani, jangan malu-malu. Kalau memang belum bisa bahasa isyarat bisa komunikasi lewat tulisan. Intinya, jangan minder,” katanya. 

Selain itu, adanya wadah Akar Tuli juga mengingatkan kepada masyarakat awam untuk tidak meremehkan mereka yang tuli. “Harusnya kita saling bantu. Saling komunikasi,” lanjut Yoga. 

Komunitas ini selain aktif di ranah offline juga aktif di media sosial. Mereka dapat dihubungi melalui Facebook : Akar Tuli Malang atau twitter di @akartuli. 

Leave a Comment