Musibah yang Kamu Alami itu Ujian Iman ataukah Azab Akibat Dosa?

Ilustrasi Ilustrasi

Muslimahdaily - Musibah tak lekang dalam cerita hidup setiap insan. Dari luka ringan hingga kesedihan mendalam menjadi warna-warni kehidupan. Namun tidak semua musibah diberikan sebagai ujian keimanan yang dapat meningkatkan derajat serang hamba di sisi-Nya. Ada kalanya, musibah datang berupa azab akibat dosa yang dilakukan hamba. Dari dua jenis ini, mana yang sering kamu alami?

1. Musibah Berupa Ujian

Jika musibah yang dialami seorang hamba sebagaimana yang dialami para nabi dan Rasul, maka musibah tersebut merupakan ujian yang diberikan Allah. Tujuan diberikannya ujian yakni untuk meninggikan derajat, menambah pahala, serta agar seorang hamba dapat bersabar.

Contoh jenis ujian ini yakni ditimpa penyakit, tidak diberi keturunan, dan sebagainya. Semakin tinggi derajat seorang hamba, semakin berat ujian yang didapatkan. Karena itulah para nabi dan rasul merupakan orang-orang yang paling berat ujiannya.

Dari Mush’ab bin Sa’id, dari ayahnya, ia berkata, “Wahai Rasulullah, manusia manakah yang paling berat ujiannya?” Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Para Nabi, kemudian yang semisalnya dan semisalnya lagi.” (HR. At Tirmidzi, Ibnu Majah, Ad Darimi, dan Ahmad).

2. Musibah Akibat Dosa

Musibah tidak hanya datang berupa ujian yang dapat meningkatkan derajat seorang hamba. Ada pula musibah yang datang akibat dosa yang dilakukan hamba. Sebagaimana yang difirmankan Allah dalam Al Qur’an, “Barang siapa yang melakukan keburukan (maksiat). maka dia akan mendapatkan balasan karena keburukan yang telah dilakukannya.” (QS. An Nisa: 123).

Allah juga berfirman, “Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka itu disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu).” (QS. Asy Syura: 30).

Dengan diberikannya musibah ini, maka seseorang diharapkan dapat beristighfar dan bertaubat dari dosa-dosanya. Allah memberi peringatan berupa musibah agar seseorang mendekatkan diri, mengakui dan menangisi dosa-dosa yang ia lakukan. Karena itulah saat mendapat musibah, hendaklah segera introspeksi diri, dosa apa yang telah dilakukan, lalu segera bertaubat darinya.

Selain datang akibat dosa, musibah jenis ini pula dapat bermakna azab yang disegerakan di dunia. Dengannya, seseorang mendapat balasan atas dosa-dosanya dengan musibah yang dialami di dunia dan bukan di akhirat. Namun hanya orang-orang yang Allah kehendaki saja yang mendapat hal ini. Mereka lah orang-orang pilihan yang dicintai Allah.

Rabb Ar Rahim berfirman, “Jika Allah menginginkan kebaikan pada hamba, Dia akan segerakan hukumannya di dunia. Jika Allah menghendaki kejelekan padanya, Dia akan mengakhirkan balasan atas dosa yang ia perbuat hingga akan ditunaikan pada hari kiamat kelak.” (HR. At Tirmidzi).

Dua jenis musibah yang sama-sama menyusahkan, menyakitkan, menimbulkan kesedihan, kegalauan, dan segala macam duka, ternyata dapat bermakna beda. Namun apapun bentuk musibah tersebut, entah itu ujian ataupun azab, entah itu untuk menaikkan derajat ataupun akibat dosa, semua musibah hendaklah disikapi dengan sabar dan mendekatkan diri kepada Allah.

Harapkanlah pahala dari setiap musibah yang dialami. Harapkanlah bantuan Allah untuk melaluinya, serta harapkanlah gugurnya dosa-dosa dari musibah tersebut. Mengingat tidaklah musibah yang menimpa seorang muslim, pasti akan menggugurkan dosa. Sebagaimana sabda Rasulullah,

“Tidaklah menimpa seorang mukmin berupa rasa sakit (yang terus menerus), rasa capek, kekhawatiran, kesedihan, kesusahan hati atau sesuatu yang menyakiti, sampai duri yang menusuknya melainkan akan dihapuskan dosa-dosanya.” (HR. Al Bukhari dan Muslim).

Semoga Allah memberikan bantuan di setiap musibah yang kita alami. Semoga Allah membalas segala kesedihan dengan pahala. Semoga Allah menjadikan setiap kegalauan sebagai penghapus dosa. Semoga Allah mengganti setiap luka dengan surga. Semoga segala musibah yang diberikan-Nya dapat meningkatkan keimanan dan mendekatkan diri kepada-Nya.

Leave a Comment